MAE SOD (Arrahmah.com) – Pasukan keamanan Thailand telah menyisir rumpun bambu dan ladang jagung di sepanjang perbatasan negara dengan Myanmar selama lebih dari 48 jam dengan anjing pelacak dan drone, untuk mencari dua orang Uighur yang melarikan diri dengan menggergaji batang besi untuk keluar dari pusat penahanan imigrasi, kata pihak berwenang pada Jumat (16/10/2020).
Murad Yeslicana (41) dan Rashid Ashim (29), merupakan warga negara Turki yang melarikan diri dari pusat penahanan di kantor imigrasi Mae Sod sebelum fajar pada Rabu (14/10), kata polisi setempat.
Sementara itu, LSM menyuarakan ketakutan mereka jika dideportasi ke Cina dan mengahadapi kekejaman pihak berwenang Cina seperti ratusan pengungsi sebelumnya yang diekstradisi oleh Thiland.
Polisi dan pasukan militer menggunakan anjing pelacak, crane dan drone untuk mencari orang-orang itu, kata Kolonel Polisi Kriangsak Dangtrinoi, seorang petugas di kantor imigran Mae Sod.
“Kami telah mengerahkan polisi patroli perbatasan dan militer untuk menggeledah ladang jagung, mereka masih berada di luar sana tanpa jejak,” katanya.
Wakil kepala polisi nasional Jenderal Suchart Teerasawat, yang mengamati operasi pencarian tersebut mengatakan bahwa keduanya mungkin telah menyusuri jalan di Thailand sebelum menyeberang ke Myanmar.
“Saya yakin mereka menyusuri jalan di sisi Thailand untuk mencoba menemukan penyeberangan ke Myanmar,” katanya kepada wartawan.
Dia mengatakan dua orang Uighur tersebut telah dipindahkan dari pusat penahanan Nong Khai, sebuah provinsi yang berbatasan dengan Laos, setelah mereka melarikan diri tetapi dapat ditangkap kembali 21 hari kemudian.
Kali ini, Suchart berkata, ‘”mereka menggunakan sabun untuk membuat batangan berkarat dan mudah dipotong.”
Kedua pria itu termasuk di antara 50 orang Uighur yang ditahan di pusat imigrasi dan penjara di empat lokasi di Thailand, sisa dari sekitar 350 orang yang melarikan diri ke Thailand pada tahun 2014 untuk menghindari penindasan di Xinjiang.
Pada 2015, Thailand menuai kritik ketika secara paksa memulangkan 100 orang dari 350 orang Uighur yang ditahan di negara itu ke Cina meskipun khawatir mereka dapat dihukum saat kembali ke Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR).
Dua tahun setelah deportasi itu, pihak berwenang di XUAR membentuk jaringan kamp interniran, di mana mereka diyakini telah menahan hingga 1,8 juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya untuk indoktrinasi politik. Beberapa kamp baru-baru ini bahkan memaksa para narapidana Uighur untuk melakukan kerja paksa.
Yang mengkhawatirkan adalah bahwa pemerintah Thailand mungkin mencoba mengirim orang-orang Uighur yang berada di sel berbeda di pusat-pusat penahanan di seluruh Thailand ke Cina, kata Chalida Tajaroensuk, direktur Yayasan Pemberdayaan Rakyat, sebuah LSM Thailand yang telah membantu orang Uighur di Thailand sejak 2014.
“Saya khawatir pihak berwenang Cina akan mendesak Thailand untuk mengirim orang Uighur kembali ke Cina melalui Laos dan Kamboja,” kata Chalida kepada BenarNews. (rafa/arrahmah.com)