MADRID (Arrahmah.com) – Polisi pada Sabtu (19/8/2017) menyelidiki peran seorang pendakwah Abdelbaki Es Satty dalam keterkaitannya dengan serangan di Barcelona beberapa hari lalu.
Mereka menggeledah sampel DNA dan sidik jarinya untuk memastikan apakah ia terbunuh di pabrik bom tempat pelaku menyiapkan serangan yang direncanakan dengan bom gas butana.
Es Satty (45) mulai melakukan dakwahnya di Ripoll sekitar dua tahun lalu namun berhenti dua bulan lalu, kata sumber di masjid kota tersebut.
Sumber-sumber kepolisian mengklaim kepada media Spanyol bahwa ia tergabung dalam kelompok Salafi.
Pihak kepolisian sedang menyelidiki keterlibatannya dalam melakukan “radikalisasi” terhadap pemuda yang merencanakan dan melakukan serangan yang terjadi pada Kamis pekan lalu.
Teman sekamar Es Satty, yang diidentifikasi hanya sebagai Nodir, mengatakan bahwa ia meninggalkan rumah pada Selasa pekan lalu karena dia akan berangkat ke Maroko. Nodir tidak pernah mendengar apapun sejak saat itu.
Sejumlah pakar “terorisme” Spanyol mengklaim pada El Pais bahwa Abdelbaki Es Satty memiliki koneksi dengan tersangka yang ditahan atas pemboman kereta tahun 2004 yang menewaskan 191 orang dan melukai 1.500 orang di Madrid.
Situs berita OK Diario mengklaim bahwa Es Satty sebelumnya tinggal di Barcelona dengan anggota sel teroris yang berhasil dihancurkan oleh polisi pada tahun 2006.
Seorang mantan rekan serumahnya, Belgacem Bellil, meledakkan diri dalam serangan bom di Irak pada tahun 2003, kata situs itu.
Meski demikian, penduduk setempat di Ripoll menuturkan bahwa Es Satty telah menahan diri dan tidak terintegrasi ke dalam komunitas muslim di kota tersebut. Sekitar 500 orang Afrika Utara tinggal di Ripoll.
Es Satty memberi kelas bahasa Arab kepada anak-anak namun tidak pernah mengungkapkan keyakinan “ekstremis”, kata penduduk setempat. Tapi dia memberitahu orang-orang di kota bahwa dia sering bepergian ke Belgia, negara di benua Eropa yang diklaim sejumlah media sebagai sarang “ekstremisme” Islam. (althaf/arrahmah.com)