TORONTO (Arrahmah.com) – Seorang Muslim masih dalam perawatan intensif di sebuah rumah sakit Toronto setelah insiden pemukulan mengerikan yang dikonfirmasi polisi pada Rabu (18/7/2018) sebagai kejahatan kebencian anti-Muslim, yang disebabkan meningkatnya Islamofobia di daerah tersebut.
Mohammed Abu Marzouk (39) dan keluarganya – istri dan dua anak perempuan berusia empat dan enam tahun – berada di kendaraan sedang dalam perjalanan ke rumah dari rekreasi di Mississauga, tepat di luar Toronto, ketika dua pria berjalan dengan berteriak “teroris.”
Kedua pria tersebut kemudian menendang mobil. Marzouk keluar dan diserang.
Istrinya, Diana Attar, memohon agar mereka berhenti. Dia lalu melihat sebuah mobil polisi dan berlari ke sana untuk meminta bantuan.
Ketika dia kembali, suaminya terbaring di tanah dan mengeluarkan banyak darah dari telinganya.
Marzouk dilarikan ke Rumah Sakit di Toronto dan kemudian didiagnosa mengalami pendarahan otak dan beberapa patah tulang akibat pemukulan yang terjadi pada Ahad (15/7).
Pada awalnya, polisi mengira pemukulan tersebut hanya akibat dari kemarahan pengguna jalan, tetapi setelah penyelidikan lebih lanjut, pihak berwenang pada Selasa (17/7) menyatakan bahwa insiden itu merupakan kejahatan rasial.
“Pada awalnya kami diberi informasi bahwa insiden tersebut akibat dari kemarahan pengguna jalan, perselisihan yang terjadi di tempat parkir,” kata juru bicara Peel Regional Police, Akhil Mooken, sebagaimana dilansir Daily Sabah.
“Para saksi kemudian datang dan berbicara dengan para penyelidik. Mereka memberi beberapa pernyataan terkait awal mula insiden tersebut dan kejahatan kedua pria tersebut akhirnya terungkap sehingga mereka ditangkap dan dituntut.”
Dua pria masing-masing berusia 19 dan 27 tahun, yang ternyata bersaudara tersebut, telah dituntut.
“Mereka menyebut Mohammed Abu Marzouk dan keluarganya teroris Arab, begitu jelas mereka menyerang agama dan etnis korban dalam insiden tersebut,” kata Ibrahim Hindy, imam masjid Dar At-Tauhid di mana keluarga Marzouk menjadi anggotanya.
“Kami khawatir tentang kebencian terhadap komunitas mana pun, tetapi ini adalah masalah yang terlalu sering terjadi,” imbuhnya.
Hindy menunjukkan bahwa kejahatan kebencian yang dilaporkan ke polisi di Mississauga meningkat dari tahun lalu.
Ada 158 kasus pada 2017, kenaikan yang sangat signifikan jika dibandingkan pada tahun 2016 yang hanya 59 kasus. Dari jumlah tersebut sebanyak 57 kasus, yang merupakan jumlah tertinggi, diarahkan kepada Muslim.
“Kami sebagai masyarakat harus mulai mengakui fakta bahwa Islamofobia masih berkembang di sini,” katanya.
Polisi mengatakan lonjakan yang terjadi pada 2017 mungkin merupakan hasil dari lebih banyak kesadaran akan kejahatan kebencian, sehingga jumlah yang dilaporkan ke polisi meningkat.
Selain itu berkembangnya kelompok sayap kanan yang mendukung Islamofobia juga menjadi sebab peningkatan kejahatan tersebut. (Rafa/arrahmah.com)