PARIS (Arrahmah.com) – Otoritas Perancis telah menuntut 10 tersangka ekstremis sayap kanan sehubungan dengan dugaan berkomplot untuk menyerang Muslim, kata sumber pengadilan, Kamis (28/6/2018).
Kesembilan pria dan seorang wanita, yang berusia antara 32 hingga 69 tahun, ditangkap dalam penggerebekan di seluruh Perancis pada Sabtu pekan lalu. Mereka muncul di hadapan hakim pada Rabu malam (27/6) dan didakwa dengan “konspirasi teroris kriminal,” kata sumber itu.
Beberapa juga dituduh melanggar undang-undang senjata api dan pembuatan atau kepemilikan alat peledak.
Polisi telah mengaitkan 10 orang itu dengan kelompok yang kurang dikenal yang disebut Action des Forces Operationnelles (Aksi Pasukan Operasional), yang mendesak orang Perancis untuk memerangi Muslim.
Para tersangka memiliki “rencana yang tidak jelas untuk melakukan tindakan kekerasan yang menargetkan orang-orang yang beragama Islam”, sumber yang dekat dengan penyelidikan itu kepada AFP, Senin.
Senapan, pistol dan granat buatan sendiri ditemukan selama penggrebekan di Paris, pulau Mediterania Corsica dan wilayah Charentes-Maritimes barat.
Jaksa mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu (27/6) bahwa 36 senjata api dan ribuan amunisi disita, termasuk barang-barang di satu rumah tersangka yang dapat digunakan dalam pembuatan sejenis peledak peroksida organik.
Para tersangka termasuk seorang perwira polisi pensiunan, yang diidentifikasi hanya sebagai Guy S., diduga pemimpin kelompok itu, menurut sumber yang dekat dengan penyelidikan. Seorang mantan tentara juga tergabung dalam kelompok ini.
Perancis tetap waspada tinggi menyusul gelombang serangan jihadis yang telah menewaskan lebih dari 240 orang sejak 2015.
Para pejabat telah mendesak orang-orang untuk tidak mengarahkan individu radikal dengan sekitar 6 juta Muslim Perancis. Namun demikian, kekerasan anti-Islam terus meningkat.
Situs Guerre de France (War for France) dari Operasi Pasukan Bayangan menggambarkan sebuah adegan pertempuran apokaliptik di bawah Menara Eiffel, dan mengklaim untuk mempersiapkan “tentara warga negara Prancis untuk pertempuran di wilayah nasional.”
Televisi TF1 di Prancis mengatakan kelompok itu merencanakan untuk menargetkan para imam dan tahanan Islam radikal setelah mereka dibebaskan dari penjara, serta para wanita berjilbab di jalan yang dipilih secara acak.
Perancis mencatat 72 aksi anti-Muslim tahun lalu, naik dari 67 pada 2016. (Althaf/arrahmah.com)