JAKARTA (Arrahmah.com) – Kegiatan gerombolan bersenjata di Papua yang nota bene adalah gerakan pengacau keamanan NKRI dan menebar teror kepada aparat dan masyarakat tidak pernah ditindak dengan serius. Padahal aktivitas bersenjata mereka terus berjalan dan mengalami peningkatan yang signifikan.
Sebagai penjaga keamanan negara polisi tidak bertindak apa-apa di Papua. Tidak seperti saat Polri melalui BNPT dan Densus 88 merekayasa isu terorisme terhadap umat Islam, dan membunuh dengan sadis para ikhwan aktivis Islam dengan tanpa luka tembak satupun.
“Aksi penembakan yang dilakukan Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) di Papua terus terjadi tanpa bisa dihentikan pemerintahan SBY maupun aparat keamanan. Sepanjang 2013 ada 19 orang tewas, 9 diantaranya TNI dan 1 polisi,” kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane dalam rilisnya kepada redaksi.
Memalukan, aparat Brimob yang bertugas menjaga keamanan di sana pun kabur meninggalkan posnya, tatkala diserbu oleh gerombolan bersenjata Papua. Ini menunjukkan aparat polisi seperti Densus 88, Brimob dan aparat lainnya pecundang di bumi Cendrawasih ini.
“Bahkan di awal 2014, tepatnya 4 Januari sore KSB kembali menyerang pos polisi di Kulirik, Puncak Jaya, Papua. Dua brimob yang ada di pos itu melarikan diri saat diserang, sehingga delapan pucuk senjata api milik Brimob dirampas KSB. Indonesia Police Watch (IPW) mencatat, dari 2009 hingga awal 2014 terus terjadi aksi kekerasan bersenjata di Papua, tulis IPW,” ujarnya.
Sebagai data, IPW menyebut sepanjang tahun 2009 – 2010 korban tewas 41 orang, baik sipil maupun aparat keamanan. Adapun tahun 2011 – 2012, korban sipil 26 orang dan aparat yang mati 14 orang.
Jika dilihat datanya memang ada penurunan. Tapi yang memilukan, menurut IPW, negara tidak dapat membasmi gerombolan pemberontak bersenjata penyebar teror ini di Papua yang menyebabkan korban tewas terus berjatuhan.
“Terus berulangnya peristiwa penembakan di Papua ini mengindikasikan adanya pembiaran terhadap aksi kekerasan di wilayah itu. Fakta ini tak sejalan dengan kebijakan membangun Papua yang damai.”
Selanjutnya, IPW kecewa dengan sistem keamanan yang dibangun di Papua. Pemerintahan SBY dinilai tidak hanya gagal menjamin rasa aman warga Papua, tapi juga tidak pernah memberikan kepastian hukum, seperti menangkap pelaku penembakan misterius dalam empat tahun terakhir.
“Bahkan aksi penembakan yang menewaskan delapan anggota TNI di Pos TNI di Puncak Jaya pada 21 Februari 2013 tak kunjung terungkap dan tertangkap pelakunya hingga saat ini,” ungkap Neta.
“Semua seakan terbiarkan. Padahal, peristiwa demi peristiwa penembakan itu sangat merendahkan martabat bangsa, seakan kehadiran aparat keamanan di Papua semakin tak berdaya,” pungkasnya. (azm/arrahmah.com)