NEW YORK (Arrahmah.com) – Para pengacara hak-hak sipil telah menuduh Departemen Kepolisian New York (NYPD) karena telah menciptakan ketakutan dan kecurigaan di tengah-tengah masyarakat Muslim AS dengan mengirim mata-mata ke masjid-masjid dan lembaga-lembaga Muslim untuk memata-matai masyarakat Muslim.
Dalam gugatan hukum yang diajukan pada Senin (4/2/2013) di Pengadilan Distrik Federal di Manhattan, sekelompok pengacara hak-hak sipil menuduh NYPD menyusup ke lembaga-lembaga Muslim, termasuk masjid, asosiasi mahasiswa Muslim dan kafe.
“NYPD terus menebar jaring besar yang mencakup semuanya untuk intelijen mengenai segala sesuatu yang terkait dengan aktifitas umat Islam melalui penyusupan yang mengganggu dan pencatatan tentang semua aspek kehidupan, politik dan ibadah,” kata pernyataan gugatan itu yang dikutip oleh New York Times.
Operasi NYPD berdasarkan bahwa pemikiran Muslim yang “konservatif” dan partisipasi Muslim dalam organisasi-organsasi kemasyarakatan adalah alasan untuk melakukan investigasi.
NYPD menyimpan data-data yang direkam atau dicatat oleh polisi dan para informan bayaran dari tempat lokasi “target.”
Muslim yang taat dicurigai “teroris”
Salah satu mantan informan bayaran NYPD bersaksi bahwa target NYPD sebenarnya tidak melakukan kesalahan atau pelanggaran hukum apapun, semua hanya berasaskan kecurigaan.
“Bos NYPD saya, Steve, mengatakan kepada saya bahwa NYPD tidak berpikir bahwa Asosiasi Mahasiswa Muslim John Jay melakukan hal yang salah, dan mereka hanya ingin memastikan saja,” kata Shamiur Rahman, seorang mantan penyusup NYPD yang dibayar sebesar USD 1.500 per bulan untuk memata-matai masyarakat Muslim, kepada The Guardian.
Ramhan menjelaskan bagaimana ia mengambil gambar para jamaah di masjid-masjid, meminta nomor-nomor telepon mereka yang memilik link kelas-kelas pendidikan Islam, dan mendata para mahasiswa Muslim di Asosiasi Mahasiswa Muslim (MSA) di kampus John Jay.
“Para anggota MSA adalah orang-orang Muslim yang taat, dan menurut Steve, NYPD menganggap bahwa menjadi Muslim yang taat adalah indikator terorisme,” katanya.
Tindakan mata-mata NYPD ini telah memicu kemarahan masyarakat Muslim. NYPD diam-diam membayar orang-orang untuk memata-matai gerak-gerik umat Islam.
Sebuah laporan dari Associated Press mengatakan bahwa NYPD mengirim orang-orang bayaran untuk menyusup ke masyarakat Muslim dalam kehidupan sehari-hari dan mengawasi masjid-masjid serta organisasi Islam.
Namun, walikota New York Michael Bloomberg berdalih bahwa praktek intelijen ini bukan persoalan keagamaan, melainkan hanya sekedar “menjaga ketertiban.”
Anehnya, hanya masyarakat Muslim yang dimata-matai secara intensif dengan dasar kecurigaan semata. Padahal, banyak kasus di AS yang jelas-jelas merupakan bentuk kriminalitas yang semestinya lebih layak untuk mendapatkan “perhatian lebih” dari kepolisian. (siraaj/arrahmah.com)