MAUNG DAW (Arrahmah.com) – Hluntin (polisi anti huru-hara) Myanmar dari Mabes Kyikanpin kerap menyiksa warga Muslim di Maung Daw. Mereka disiksa bukan karena mereka telah melakukan tindak kejahatan. Satu-satunya “kesalahan” mereka adalah karena mereka Muslim, menurut seorang pemimpin politik setempat yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, seperti dilansir KP pada Senin (30/9/2013).
“Pada tanggal 21 September, sersan Hluntin U Zaw Naing dengan didampingi tiga Hluntin lainnya pergi ke desa Maung Nama di selatan Maung Daw utara tanpa mengenakan seragam dan senjata pada pagi hari. Pada saat itu, salah satu warga yang bernama Mohamed Zuhar bin Habi Ullah (23) sedang mencuci beberapa daun sirih di dekat sungai. Dia adalah seorang penjaga toko.”
Tiba-tiba sekelompok Hluntin itu mendekatinya, menangkapnya dan menyiksanya di jalan di depan desa tanpa alasan apapun. Setelah itu, dia dibawa ke markas Hluntin dengan sepeda motor mereka. Namun, dalam perjalanan ke markas, dia berhasil melarikan diri dari para Hluntin tersebut.
Akan tetapi sersan itu kemudian meminta pengawas ke dua desa Maung Nama untuk mengirim Mohamed Zuhar ke markas, tambah pemimpin itu.
Pada hari berikutnya, petugas pengawas ke dua desa Maung Nama (seorang pria Rohingya) pun harus mendampingi Mohamed Zuhar pergi ke markas Hluntin untuk menyelesaikan masalah ini [yang biasanya berakhir dengan pemerasan di mana warga Muslim Rohingya diharuskan membayar “denda”].
Ternyata petugas pengawas U Than Tun (40), dari komunitas Rakhine, juga hadir di sana memihak sersan U Zaw Naing. Dia adalah mantan Hluntin dan juga seorang mantan tahanan karena dia pernah melakukan kejahatan pada waktu dia bertugas, kata seorang pembantu dekat Hluntin.
Sersan U Zaw Naing bersama dengan petugas pengawas desa Maung Nama U Than Tun terus menciptakan masalah di desa Maung Nama karena mereka ingin menghancurkan desa Muslim tersebut. Akibatnya, warga Muslim Rohingya di sana melewati hari-hari dan malam-malam mereka dalam ketakutan, menurut sesepuh desa.
“Hluntin dan polisi tidak ingin masyarakat Rohingya hidup tenang, mereka selalu ingin menciptakan masalah di antara komunitas Rohingya,” kata seorang tetua desa setempat yang meminta untuk tidak disebutkan namanya. (banan/arrahmah.com)