MOSKOW (Arrahmah.com) – Pihak kepolisian Moskow menangkap lebih dari 1.000 pemuda pada Rabu (15/12/2010) dalam operasi keamanan besar-besaran yang bertujuan untuk menengarai kerusuhan etnis yang meledak setelah penembakan yang mematikan seorang penggemar sepak bola oleh tersangka yang diduga adalah seorang muslim.
Bentrokan terjadi di luar stasiun kereta api Kievsky, yang populer dengan pedagang dari Kaukasus. Bentrokan bermula saat sekelompk anak muda meneriakkan slogan-slogan rasis dan mengangkat lengan kanan untuk melakukan hormat ala Nazi yang ditujukan untuk melecehkan kaum muslim.
Polisi mengatakan operasi mengamankan kerusuhan kota melibatkan 3.000 personil dan sejauh ini telah menangkap lebih dari 1.000 orang, serta menyita sejumlah senjata, mulai dari pistol listrikhingga pisau dan senjata kecil lainnya.
Bukan hanya itu, polisi juga menutup beberapa bagian dari Red Square dan menggeledah puluhan ribu orang yang berkunjung kesana untuk belanja, terutama mereka yang membawa tas belanja yang besar.
“Apakah saya terlihat seperti preman bagi anda,” teriak seorang pria tua yang meninggalkan setumpuk dokumen yang disita kepolisian pada kamera televisi saat dia dibawa pergi diborgol oleh polisi.
Walikota Moskow, Sergei Sobyanin, melakukan pertemuan dengan perwira yang paling senior keamanan untuk merumuskan upaya merespon krisis keamanan yang muncul akibat perkelahian kecil di pusat kota meskipun ia telah menurunkan tidak sedikit personil keamanan.
Insiden serupa juga dilaporkan terjadi di kota kedua Rusia, St Petersburg, saat anggota kelompok sayap kanan turun ke jalan. Polisi telah melakukan lebih dari 60 penangkapan di kota tersebut.
Insiden Penembakan
Rumor bentrokan yang terjadi pada hari Rabu (15/12) tersebar cepat melalui dunia maya menyusul kerusuhan akhir pekan di luar Kremlin yang melibatkan 5.000 suporter bola dan elemen ekstrim kanan Rusia.
Unjuk rasa pecah pada Sabtu memprotes penanganan polisi terhadap kasus dugaan penembakan seorang penggemar sepak bola Moskow oleh para pemuda dari Kaukasus Utara.
Kelompok pemuda Muslim dilaporkan merencanakan aksi demonstrasi di Kievsky dan gerakan nasionalis Rusia meminta para pendukungnya untuk datang dengan membawa senjata ke lokasi, melalui jejaring Twitter.
“Percayalah hanya pada diri sendiri dan orang terdekatmu,” pernyataan dalam akun Twitter ekstrim kanan Rusia menginstruksikan pengikutnya. “Jangan panik dan hindarkan perempuan, anak-anak, dan orang tuamua dari jalan-jalan,” tambah pesan tersebut. “Kemenangan adalah milik kita!”
Demonstrasi yang diwarnai aroma rasisme pada hari Sabtu dan ketegangan berikutnya telah menceburkan Rusia kepada banyak masalah dalam satu minggu ke belakang, terutama setelah Rusia dinyatakan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018.
Presiden Dmitry Medvedev mendesak polisi pada Senin untuk tidak ragu menggunakan kekerasan dalam menengarai kerusuhan.
Kebencian terus meningkat antara Rusia Slavia terhadap semakin banyaknya orang dari daerah selatan Kaukasus -tempat tinggal berbagai kelompok etnis yang mayoritasnya adalah Muslim- bekerja di pasar terbuka dan menjadi buruh bangunan.
Orang-orang dari bagian lain dari Uni Soviet, termasuk Asia Tengah dan Azerbaijan, juga menghadapi diskriminasi etnis serupa serta sering menjadi korban kejahatan yang didasarkan atas kebencian.
Pemerintahan kota berada di bawah tekanan untuk membatasi jumlah pendatang dan memberikan pekerjaan ini kepada etnis Rusia. Namun beberapa waktu lalu, secara tak terduga, Medvedev menyatakan dalam sebuah perdebatan dengan mendesak serikat buruh negara untuk memastikan bahwa mempekerjakan orang luar “tidak menyakiti warga negara sendiri.” (althaf/arrahmah.com)