KOBANI (Arrahmah.com) – Polisi militer Rusia mulai dikerahkan di perbatasan timur laut Suriah pada Rabu (23/10/2019) di bawah kesepakatan dengan Turki untuk mengusir pejuang Kurdi, menandai pengaruh Moskow yang semakin dalam di wilayah itu dua minggu setelah Amerika Serikat menarik pasukan, menurut laporan Reuters.
Turki mengumumkan bahwa ofensifnya terhadap pasukan Kurdi telah berakhir, dan Presiden AS Donald Trump mengatakan gencatan senjata yang ditengahi minggu lalu sekarang bersifat permanen dan bahwa ia mencabut semua sanksi yang dijatuhkan pada Ankara, lansir MEMO.
Turki “menghentikan” ofensifnya pekan lalu di bawah kesepakatan yang diperantarai AS yang menyerukan agar pejuang YPG Kurdi menarik diri, dan kemudian mendapatkan dukungan Rusia minggu ini untuk kesepakatan yang lebih luas yang mensyaratkan YPG dikeluarkan dari seluruh perbatasan timur laut.
Kedatangan polisi di Kobani pada Rabu (23/10) menandai dimulainya misi oleh pasukan keamanan Rusia dan rezim Asad untuk mendorong YPG setidaknya 30 km (19 mil) ke wilayah Suriah di bawah kesepakatan yang dicapai pada Selasa (22/10) oleh presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Turki Recep Tayyip Erdogan.
Itu juga menyegel kembalinya pasukan Bashar Asad di sepanjang perbatasan timur laut untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.
Dalam sebuah pidato dari Gedung Putih, Trump mengatakan pada Rabu bahwa Amerika Serikat segera mencabut sanksi yang telah dijatuhkan pada pejabat dan kementerian Turki dalam merespon serangan lintas-perbatasan.
“Dini hari tadi, pemerintah Turki memberi tahu pemerintah saya bahwa mereka akan menghentikan pertempuran dan ofensif mereka di Suriah, dan membuat gencatan senjata permanen,” klaim Trump, menambahkan bahwa ia telah memberikan instruksi untuk mencabut sanksi terhadap Ankara “kecuali ada sesuatu yang terjadi yang kami tidak senang dengan itu.” (haninmazaya/arrahmah.com)