XINJIANG (Arrahmah.com) – Menanggapi protes yang dilakukan oleh Muslim Uighur Muslim sebelum kantor polisi Xinjiang, pasukan keamanan telah menembak mati sedikitnya sembilan demonstran Muslim Uighur yang kemudian memicu kecaman dari kelompok hak asasi manusia.
“Saya menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengambil langkah-langkah darurat untuk menghentikan tindakan pemerintah China yang langsung melepaskan tembakan untuk menekan para pengunjuk rasa Uighur,” kata Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia, kepada Agence France Presse (AFP), Ahad (17/11/2013).
Kekerasan terjadi pada Sabtu malam di Kota Serikbuya, dekat kota bersejarah Silk Road Kashgar. Raxit mengatakan bentrokan meletus setelah seorang pemuda Uighur tewas tertembak.
Delapan demonstran lainnya meninggal ketika aparat keamanan Cina menembaki pengunjuk rasa Uighur, kelompok etnis terbesar di wilayah barat.
“Sembilan massa ditembak mati di tempat,” tambah laporan itu, yang merupakan warga Uighur.
“Reformasi peradilan China memerintahkan kepada staf bersenjata lokal untuk menggunakan kekerasan yang berlebihan untuk menindas demonstran Uighur,” Raxit dikutip Reuter.
Pemerintah menuduh Muslim Uighur merencanakan serangan.
Xinjiang, yang aktivis menyebutnya Turkistan Timur, telah otonom sejak tahun 1955, namun terus menjadi subyek tindakan keras keamanan besar-besaran oleh pemerintah Cina. Kelompok-kelompok HAM menuduh pihak berwenang China melakukan penindasan agama terhadap Muslim Uighur di Xinjiang atas nama terorisme. (ameera/arrahmah.com)