ZAHEDAN (Arrahmah.id) – Pasukan keamanan Iran pada Jumat (28/10/2022) melepaskan tembakan ke arah demonstran di sebuah kota tenggara yang telah dilanda kerusuhan selama beberapa pekan di tengah demonstrasi nasional, kata para aktivis.
Aktivis mengatakan penembakan di Zahedan menewaskan sedikitnya dua orang, mengancam akan memicu ketegangan lebih lanjut.
Terletak di provinsi Sistan dan Baluchestan yang lama bergolak di Iran, Zahedan telah menyaksikan kekerasan paling mematikan sejauh ini dalam beberapa pekan protes yang telah mencengkeram Iran, lansir AP.
Demonstrasi di kota itu sebagian meletus atas tuduhan pemerkosaan terhadap seorang perwira polisi senior di sana, sejalan dengan protes atas kematian Mahsa Amini (22), pada September yang telah mengobarkan sebagian besar negara.
Aktivis memperkirakan bahwa di Zahedan saja, hampir 100 orang telah tewas sejak unjuk rasa 30 September yang direspon oleh polisi dengan kekerasan.
Pada Jumat, tentara mengepung sebuah masjid utama Sunni di daerah di mana penduduk berunjuk rasa melawan pemerintah Iran, sambil menembaki para demonstran, kata para aktivis.
Protes di seluruh Iran telah menjadi ancaman terbesar bagi pemerintahan negara itu sejak demonstrasi Gerakan Hijau 2009, berkembang dari fokus pada hak-hak perempuan dan jilbab, hingga seruan untuk menggulingkan ulama Syiah yang telah memerintah Iran sejak revolusi 1979.
Video yang difilmkan oleh HalVash, sebuah kelompok yang membela hak-hak warga Baluch di Iran, menunjukkan para demonstran dan pasukan keamanan berkumpul di jalan-jalan di sekitar sebuah masjid dengan api menyala dan tembakan serta ledakan terdengar.
Pada satu titik, seseorang memamerkan kotak peluru bekas dari apa yang dia klaim sebagai peluru tajam yang ditembakkan oleh pasukan keamanan.
Provinsi Sistan dan Baluchestan Iran, berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan di Teluk Oman, adalah wilayah mayoritas Sunni.
Orang-orang Baluch telah lama mengeluh karena diperlakukan sebagai warga negara kelas dua oleh teokrasi Syiah Iran.
Kantor berita IRNA yang dikelola negara memuat pernyataan oleh dewan keamanan provinsi sebelumnya pada Jumat (28/10) yang mengatakan bahwa kepala polisi di Zahedan dan pejabat polisi lainnya telah dipecat karena penanganan mereka terhadap protes 30 September.
Pernyataan itu untuk pertama kalinya mengakui bahwa polisi menembak dan membunuh orang-orang yang sedang shalat di masjid terdekat.
Demonstrasi versi dewan keamanan menuduh bahwa 150 orang, termasuk pria bersenjata, menyerang sebuah kantor polisi dan berusaha mengambil alih selama protes. (haninmazaya/arrahmah.id)