MOMBASA (Arrahmah.com) – Seorang Muslim Kenya telah tewas dan lebih dari 100 orang ditangkap setelah polisi menyerbu sebuah masjid di Mombasa atas dugaan radikalisasi jamaah, memicu kemarahan umat Islam atas insiden yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Mereka menyerang masjid kami, tapi mereka tidak akan membunuh semangat kami,” seorang pemuda berteriak dari balik dinding di kompleks masjid, sebagaimana dirilis oleh Reuters, Ahad (2/1/2014).
Pada hari Minggu, polisi Kenya menyerbu masjid Musadi Mombasa Majengo ini sebagai bagian dari apa yang mereka klaim sebagai perang melawan radikalisasi di negara Afrika timur.
Atas serangan bersenjata yang mereka lancarkan, pasukan keamanan mengklaim bahwa bendera Al-Shabab telah dikibarkan oleh jamaah di masjid tersebut.
Serangan itu menyusul laporan polisi sebelumnya yang mengklaim bahwa masjid Musa sedang dieksploitasi untuk radikalisasi dan untuk merekrut pemuda Muslim untuk kelompok Al-Shabab.
“Kami menemukan mereka terlibat dalam radikalisasi dan pelatihan pemuda,” kata Robert Kitur, kepala polisi setempat.
Masjid yang diduduki oleh pasukan polisi tersebut telah memicu kemarahan di kalangan umat Islam yang turun ke jalan-jalan sekitarnya untuk memprotes serangan itu.
Polisi menembakkan gas air mata dan peluru tajam untuk membubarkan kerumunan tersebut. Polisi juga berhasil menangkap 100 orang dari mereka, kata polisi setempat mengatakan kepada Agence France Presse (AFP).
Sementara itu, saksi mata mengatakan bahwa polisi menembak dan menewaskan satu orang di luar Masjid Musa di mana orang banyak berteriak Allahu Akbar, menurut Al-Jazeera.
Tergerak oleh tindakan kekerasan pada hari Ahad pada masjid Musa, aktivis hak asasi Kenya telah mengutuk serangan tersebut dan menyalahkan polisi karena telah gagal untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah.
Khalid Hussein, direktur eksekutif Haki Afrika, sebuah kelompok hak asasi yang berbasis di Mombasa mengatakan bahwa tidak perlu melakukan tindakan kekerasan yang berlebihan terhadap jamaah Muslim.
Selain itu, ia secara tegas mengecam tindakan kekerasan dalam rumah ibadah yang dilakukan oleh pasukan keamanan.
Namun, pejabat keamanan bersikeras menuduh bahwa masjid Musa merupakan zona ekstremisme potensial. (Ameera/Arrahmah.com)