BAQA AL-GHARBIYYE (Arrahmah.id) – Polisi “Israel” menggerebek rumah istri seorang tahanan Palestina, menyita mobil, komputer, dan sejumlah uang pada Ahad (5/2/2023).
Sanaa Salama, istri Walid Daqqa yang berusia 60 tahun, mengunggah foto di Facebook yang menunjukkan kekacauan rumahnya akibat penyerbuan, yang terletak di Baqa Al-Gharbiyye, sebuah kota Palestina yang berada di bawah otoritas “Israel”.
Polisi menggerebek rumah Salama pada pukul 7 pagi dengan surat perintah penggeledahan yang dikeluarkan sebelum pemerintah sayap kanan baru “Israel” mengambil alih kekuasaan pada Desember untuk menyita uang dan properti, katanya kepada Al-Araby Al-Jadeed.
Dia mengatakan mereka membuat kekacauan di dalam rumah dan mengambil barang-barang termasuk mobil dan komputer miliknya, buku-buku pendiri Jihad Islam Palestina Fathi Al-Shaqaqi dan perhiasan milik putrinya yang berusia tiga tahun, Milad.
“Saya tanya ke polisi, kenapa buku-buku disita? Ini bukan properti,” katanya.
“Mereka menjawab bahwa itu adalah bahan yang menghasut terorisme.”
Salama mengatakan polisi sangat tidak bersahabat padahal saat itu ia bersama putrinya yang masih balita.
Juga disita, katanya, sebuah kotak dengan gambar Bassel Al-Araj, seorang Palestina yang dibunuh oleh pasukan “Israel” pada 2017.
Suami Salama, Daqqa, yang berasal dari Baqa Al-Gharbiyye, telah ditahan sejak 1986.
Dihukum penjara seumur hidup, hukuman penjaranya kemudian ditetapkan 37 tahun sebelum tambahan dua tahun kemudian ditambahkan.
Daqqa dan istrinya melahirkan putri mereka Milad pada 2020 dengan menyelundupkan sperma keluar dari penjara.
Penggerebekan di rumah Salama terjadi di tengah eskalasi berkelanjutan “Israel” terhadap warga Palestina, termasuk tahanan. Saat ini ada 4.700 warga Palestina yang dipenjarakan oleh “Israel”, menurut angka pada Desember dari kelompok hak asasi tahanan, Addameer.
Penggerebekan ini juga terjadi setelah penembakan berdarah pada Jumat (3/2) terhadap Abdullah Sami Qalalweh yang berusia 26 tahun menjadikan jumlah orang Palestina yang terbunuh sejauh ini pada 2023 menjadi 36, sebagian besar di tangan pasukan “Israel”.
Tahun lalu adalah yang paling mematikan sejak 2004, dengan hampir 150 warga Palestina tewas di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. (zarahamala/arrahmah.id)