NAMATEMPAT (Arrahmah.com) – Pengamat terorisme dari Universitas Negeri (UIN) Malang, Zulfi Mubarok meminta kepolisian melakukan evaluasi dalam penanggulangan dan pencegahan tindak terorisme di Indonesia. Menurut Zulfi, cara-cara atau metode kepolisian dalam penanggulangan dan pencegahan terorisme selama ini tidak cukup efektif membendung laju terorisme.
Kembali terulangnya insiden “bom bunuh diri” di Mapolres Poso Sulteng menunjukkan bahwa kepolisian gagal melakukan pendeteksian dini dan pencegahan aksi teror. Karenanya, Zulfi mengusulkan perlunya pihak kepolisian mengubah paradigma penanggulangan masalah terorisme. “Saya tekankan kepada polisi untuk mengevaluasi kembali cara-cara mereka dalam mengatasi ini dan merubah paradigma,” kata Zulfi dikutip Radio Elshinta, Kamis, (06/06/2013).
Zulfi menambahkan langkah-langkah polisi yang cenderung represif dalam memberantas terorisme terbukti tidak efektif. Menurutnya cara-cara ekstrem tersebut justru memantik kebencian dan misi balas dendam di kalangan kelompok teror, dan melanggengkan perseteruan antara kelompok teror dengan personil dan institusi kepolisian yang sekarang menjaditarget terduga pelaku teror. Sehingga cara terbaik yang harus ditempuh kepolisian adalah mengajak mereka dialog dan membina hubungan persaudaraan.
“Harus ada langkah-langkah persuasif yang lebih mendekat kepada mereka”. Tambah Zulfi
Selain langkah-langkah di atas, polisi juga diminta tidak kehabisan cara dan terus melakukan terobosan-terobosan lain yang lebih efektif dalam penyeleseian masalah terorisme, misalnya dengan studi banding.
“Harus dipikirkan cara-cara lain, atau DPR dan pihak studi banding ke negara-negara supaya Indonesia bisa lebih aman,” pungkas Zulfi.
Zulfi mengingatkan jangan sampai aksi teror hanya dijadikan kedok atau senjata politik, karena tren aksi teror belakangan ini menunjukkan terorisme sudah tidak lagi murni sebagai masalah keamanan, tetapi masuk menjadi konflik politik.
(hidcom/arrahmah.com)