BIMA (Arrahmah.com) – Satu lagi anggota kepolisian republik Indonesia tewas diserang saat melakukan tugas. Brigadir Rokhmad, anggota Reskrim Polsek Bolo, Bima, Nusa Tenggara Barat, tewas dibunuh oleh seorang yang dilaporkan merupakan santri aktif di sebuah pesantren pada Kamis (30/6/2011). Saat kejadian korban sedang piket di Mapolsek Bolo.
Korban melakukan piket bersama empat rekannya, namun sebelum kejadian ia berada di ruang piket seorang diri. Tiba-tiba penyerang datang dan berpura-pura akan melaporkan sebuah kasus. Saat Rokhmad lengah, penyerang langsung menusuk perut dan kepala korban menggunakan sangkur hingga ia bersimbah darah.
Polisi pun melarikan Rohkmad yang bersimbah darah ke Rumah Sakit Bima.
“Luka yang diderita Rohkmad cukup parah dengan tiga luka tusukan diperutnya. Dia menghembuskan nafasnya di Rumah Sakit Bima,” kata Lalu Wirajaya di Mataram, lansir Viva News.
Rekan korban lainnya segera mendatangi ruangan tersebut dan mencoba menahan pelaku. Sempat terjadi perkelahian di antara mereka, bahkan salah satu anggota polisi nyaris tertusuk, tetapi penyerang berhasil dibekuk dan dibawa ke Mapolres Bima untuk dimintai keterangan.
Sejumlah barang bukti seperti jaket berlumur darah dan sangkur yang digunakan penyerang diamankan polisi.
Diketahui bahwa pelaku bernama Saban Abdurahman, salah seorang santri di Pesantren Khilafiyah Umar bin Khatab, Sanolo, Sila. Belum jelas motif di balik penyerangan ini. Tetapi Kapolres Bima AKBP Fauza
Barito mengklaim bahwa pelaku membunuh korban karena “diperintah Tuhan” dan menganggap semua polisi kafir, seperti yang dilansir liputan6.com pda Kamis (30/6).
Setelah kejadian, rumah Saban Abdurrahman yang berlokasi di Desa Rato, Kecamatan Bolo digeledah polisi. Saat digeledah polisi mengklaim telah menemukan tumpukan paku dan belasan anak panah yang disembunyikan di dalam lemari. Selain itu polisi juga menemukan sejumlah buku dan VCD berbau “Islam garis keras”.
Yang menarik terkait pemberitaan ini, sebuah komentar dari pembaca Viva News dengan id Ompu, mengatakan: “saya sangat mendukung apa yg dilakukan oleh Saban Abdurahman, semoga dengan kjadian ini pemerintah kususnya pemda Bima dan NKRI pada umumnya mau mendengarkan jeritan rakyat kecil yang selalu ditindas. kalo sy jd saban, bkn polisi yg akan sy bunuh tp BUPATI.” (haninmazaya/arrahmah.com)