SRINAGAR (Arrahmah.com) – Otoritas India menerapkan kembali pembatasan pada pergerakan di bagian utama kota terbesar Kashmir, Srinagar, pada Minggu (18/8/2019)setelah bentrokan semalam antara warga dan polisi di mana puluhan terluka, kata dua pejabat senior dan saksi mata.
Dalam 24 jam terakhir, telah terjadi serangkaian protes menentang pencabutan otonomi daerah pada 5 Agustus di New Delhi. Protes ini mengikuti pelonggaran di kawasan umum pada Sabtu pagi (17/8).
Pemerintah setempat telah mengatakan bahwa mereka tidak memberlakukan jam malam selama dua minggu terakhir, tetapi pada Minggu (18/8) papan penghalang jalan kembali ditempatkan di sejumlah titik dalam beberapa jam terakhir. Pasukan keamanan disebar dan jam malam kembali diberlakukan.
Dua pejabat senior pemerintah mengatakan kepada Reuters bahwa setidaknya dua puluh orang dirawat di rumah sakit dengan cedera karena ditembak polisi setelah bentrokan hebat terjadi di kota tua itu pada Sabtu malam (17/8).
Perwakilan di pemerintahan Jammu dan Kashmir di Srinagar dan pemerintah federal di New Delhi tidak segera membalas telepon yang menanyakan tentang memberikan konfirmasi atas tindakan keras aparat.
Salah satu sumber resmi mengatakan bahwa para pemrotes melempari pasukan keamanan dengan batu di sekitar dua puluh tempat di Srinagar. Dia mengatakan bahwa intensitas protes melempari batu telah meningkat selama beberapa hari terakhir.
Bentrokan besar semalam terjadi sebagian besar di daerah Rainawari, Nowhetta, dan Gojwara di kota tua di mana pasukan India menembakkan gas air mata, granat, dan pelet untuk membubarkan pengunjuk rasa, kata saksi mata dan pejabat.
Granat tersebut mengandung bubuk pedas yang mampu menghasilkan iritasi mata dan kulit, serta bau yang menyengat, ketika dilepaskan.
Para pejabat, yang menolak disebutkan namanya karena mereka tidak seharusnya berbicara dengan media, mengatakan bentrokan juga terjadi di bagian lain kota itu termasuk Soura, sarang protes dalam dua minggu terakhir.
Seorang pejabat senior pemerintah dan otoritas rumah sakit di rumah sakit utama Srinagar mengatakan bahwa setidaknya 17 orang datang ke sana dengan luka tembakan. Mereka mengatakan 12 orang dipulangkan sementara lima orang lainnya menderita luka parah.
Petugas rumah sakit dan seorang petugas kepolisian mengatakan kepada Reuters bahwa seorang pria berusia 65 tahun, Mohammad Ayub dari Braripora, dirawat di rumah sakit setelah ia mengalami kesulitan bernapas ketika gas air mata dan granat dingin ditembakkan di daerah kota tua pada Sabtu sore (17/8). Dia meninggal di rumah sakit malam harinya dan telah dimakamkan, kata mereka.
Javed Ahmad (35) dan dari daerah Rajbagh yang kaya di Srinagar, dicegah pergi ke kota tua Minggu pagi (18/8) oleh polisi paramiliter di barikade dekat pusat kota. “Saya harus mengunjungi orang tua saya di sana. Pasukan telah memblokir jalan dengan kawat berduri. Mereka meminta saya untuk kembali karena ada jam malam di daerah tersebut,” katanya.
Sambungan telepon dipulihkan di beberapa bagian kota pada hari Sabtu (18/8) setelah pemadaman 12 hari dan pemerintah negara bagian mengatakan sebagian besar layanan telepon di wilayah itu akan mulai bisa kembali dioperasikan pada Minggu malam (18/8). Internet dan telepon seluler tetap diblokir di Kashmir.
Lebih dari 500 pemimpin dan aktivis politik atau komunitas masih ditahan, dan beberapa telah diterbangkan ke penjara di luar negara.
Selama 30 tahun di bagian Kashmir yang dikontrolnya, India telah berperang di mana sedikitnya 50.000 orang terbunuh. Para kritikus mengatakan keputusan untuk mencabut otonomi akan menyebabkan alienasi lebih lanjut dan memicu perlawanan bersenjata.
Perubahan itu akan memungkinkan non-penduduk untuk membeli properti di Jammu dan Kashmir, dan mengakhiri praktik pemesanan pekerjaan pemerintah negara bagian untuk penduduk lokal.
Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan langkah itu diperlukan untuk mengintegrasikan Kashmir sepenuhnya ke India dan mempercepat pengembangannya. (Althaf/arrahmah.com)