JAKARTA (Arrahmah.com) – Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri, Komjen (Pol) Sutarman, mengirim 13 penyidik ke Ambon, Maluku, guna menyelidiki penyebab kerusuhan.
Tidak hanya itu, banyaknya berita yang mengungkapkan tentang adanya indikasi penganiayaan pada tubuh jenazah tukang ojek, maka akan dilakukan autopsi ulang terhadap jenazah tukang ojek, Darfin Saiman, guna mengetahui pasti penyebab kematiannya.
“Kalau memang saat itu penyidik dalam kondisi perlu melakukan autopsi, tim kita yang ke sana akan lakukan autopsi ulang. Kalau seandainya penyebab kematiannya masih meragukan. Tergantung, kemarin kita juga belum lihat, apakah sudah dimintakan autopsi atau belum,” ujar Sutarman di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (14/9/2011).
Sebagaimana diberitakan, bentrokan antarwarga dan kerusuhan di Ambon kali ini dipicu tewasnya seorang tukang ojek itu di kawasan Gunung Nona pada Sabtu (10/9) malam. Kesimpulan sementara Polri, bahwa korban tewas akibat kecelakaan lalulintas, namun berdasarkan foto jenazah yang dimabil oleh beberapa saksi mengungkap adanya tanda-tanda penganiayaan.
Berdasarkan laporan dari kepolisian diungkapkan tujuh warga tewas dan puluhan yang luka-luka. Serta mengakibatkan sejumlah rumah dan kendaraan juga hangus terbakar.
“(Penyelidikan sementara) mungkin adanya perbedaan persepsi penilaian tentang kasus kecelakaan yang terjadi. Mungkin oleh seseorang dihembuskan, kalau itu pasti dibuniuh, misalnya begitu. Oleh karenanya, kita akan melakukan penyelidikan untuk siapa yang menghembuskan seperti itu, sehingga muncul kekerasan yang mengakibatkan korban beberapa orang meninggal,” urainya.
Sementara itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) juga sedang menelusuri penyebab terjadinya kericuhan di Ambon, dan menemukan lima faktor yang diduga ikut memicu konflik berdarah tersebut.
“Komnas HAM telah menerjunkan timnya ke Ambon pascakericuhan tersebut. Tim mendapatkan sejumlah informasi yang layak untuk didalami demi mengungkap akar penyebab terjadinya peristiwa tersebut,” kata Komisioner Komnas HAM Saharuddin Daming, di Jakarta, Rabu (14/9).
Daming mengungkapkan adanya dugaan orang yang memanfaatkan peristiwa kematian warga bernama Darfin Saeman (tukang ojek) untuk kepentingan yang belum jelas, sehingga ada provokator yang tidak puas dengan penyelesaian konflik tahun 1999.
Selain itu, kata Daming, dugaan adanya usaha pengalihan isu terutama isu daerah dan adanya dugaan kepentingan militer untuk tetap berada di Ambon.
“Serta adanya dugaan kelambanan yang disengaja dari aparat,” katanya.
Terlebih, dengan kondisi psikologi warga yang mudah terbakar.
“Sejak tanggal 10-13 September, terjadi sekitar 10 peristiwa. Antara lain, kematian Darfing, pembakaran sepeda motor tukang ojek, penyabetan pakai parang anak usia sekitar 7 tahun, maupun peristiwa yang muncul pascapemakaman Darfing. Kami terus melakukan penelusuran,” ucapnya.
Berdasarkan pantauan Tim Komnas HAM, Daming mengungkapkan bahwa saat ini kondisi Ambon sudah membaik, bahkan kerumunan massa di komunitas-komunitas sekarang juga sudah mulai berkurang.
“Kecemasan warga masih ada, tapi berkurang. Pengungsi pun masih ada, tapi terbatas dari beberapa kampung,” ujar dia.
Ia menambahkan, aparat dari TNI dan Polri masih tetap berjaga-jaga di perbatasan antarkampung untuk mengantisipasi terjadinya kericuhan kembali. (dbs/arrahmah.com)