JOMBANG (Arrahmah.com) – Menanggapi polemik kebijakan full day school (FDS) atau sekolah delapan jam sehari yang keluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah menilai bahwa seharusnya semua pihak duduk bersama agar tidak menjadi perdebatan yang berlarut-larut.
Menurut Gus Sholah, para tokoh jangan hanya berdebat lewat di koran atau media massa lainnya.
“Saya pikir itu perlu duduk bersama lah ya. Ini kan sekarang orang berdebatnya di koran, berdebatnya di media gak duduk bareng. Mestinya duduk bareng lah. apa keberatannya,” katanya, Senin (14/8/2017).
Gus Sholah menilai, FDS menjadi polemik dan ramai diperbincangkan lantaran ada kesalahan komunikasi antar pihak yang mendukung dan pihak yang menolak kebijakan tersebut.
“Saya lihat sih ada miss komunikasi ada pemahaman yang tidak tepat. Yang satu mengatakan itu akan menghilangkan Madin (Madrasah Diniyah), yang lain bilang tidak,” tandasnya.
Karena itu, lanjut Gus Sholah, untuk menyelesaikan masalah ini harus duduk bersama, sehingga dapat diketahui apakah kebijakan ini benar-benar dapat mematikan Madrasah Diniyah atau tidak. Jika dianggap mematikan, maka harus dicari solusinya, tegasnya.
“Jadi harus duduk bareng, tujuannya apa, tujuannya kan baik. Kemudian dampak negatifnya apa. Yang penting kan dampak negatifnya dihilangkan dan tujuan yang baik bisa dicapai, kan gitu,” pungkas adik Gus Dur ini.
(ameera/arrahmah.com)