SOLO (Arrahmah.com) – Polisi dari tim gabungan Direktorat Kriminal Umum Polda Jateng dan Polresta Solo menangkap seorang wartawan media Islam siber, Ranu Muda Nugroho (36) di rumahnya di Ngasinan, Grogol, Sukarjo, Kamis (22/12/2016) dini hari.
Ranu dituduh sebagai propagandis untuk melakukan kekerasan dalam aksi sweeping puluhan orang berjubah di Social Kitchen Cafe, Ahad (18/12) lalu. Polisi menduga massa tersebut merupakan Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS).
Kapolda Jawa Tengah, Irjen (Pol) Condro Kirono, sebagaimana dikutip Detik, mengatakan Ranu yang bertugas mendokumentasikan semua kegiatan aksi sweeping.
Padahal, berdasarkan keterangan salah satu ulama Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS), Ustadz Abdul Rachim Ba’asyir, pada saat itu Ranu adalah salah satu dari 8 orang rombongan LUIS yang mendatangi Social Kitchen. Akan tetapi kepolisian menudingnya sebagai aktor perusakan. Dikatakan Humas LUIS, Endro Sudarsono pada saat kejadian, bahwa ia dan rombongan sama sekali tidak mengenali massa yang melakukan perusakan itu, lansir Jurnalislam.com Kamis (22/12).
Berikut ini kesaksian Nuraini, istri Ranu yang menyaksikan langsung proses penangkapan suaminya yang diterima redaksi Kamis (22/12).
Hari rabu malam (22 Desember 2016) ±pukul 12.10 WIB. Kediaman kami di Ngasinan, Grogol, Sukoharjo, tiba-tiba kedatangan tamu yang memang membuat kami berdebar hati.
Pintu gerbang didorong-dorong, dan berteriak-teriak, “Buka!!”
Suami saya (Ranu Muda Adi Nugroho) bangun dari tempat tidur dan bersegera membuka pintu. Tapi sebelum itu suami menyalakan lampu dan ketika akan mengambil kunci pintu, ada polisi yang bilang “Jangan Bergerak” atau “diam di tempat”, saya kurang dengar karena masih di kamar bersama anak-anak.
Akhirnya, saya bangun dan anak pertama saya juga ikut bangun. Anak pertama kami menyaksikan Abinya diborgol, ada banyak polisi. Yaa, Allah….
Akhirnya suami disuruh masuk ke dalam yang sebelumnya keluar, disuruh mengambil bukti-bukti yang kemarin dipakai. Putri saya, saya suruh masuk dan tidur, dia takut seperti mau menangis melihat Abinya dibegitukan.
Ada salah satu polisi yang tidak berseragam, omongannya menurut saya kasar. Salah satu polisi bertanya kepada suami, suami menjawab malah dimarahi, “ngrusak tatanan” begitu dia bilang.
Polisi yang masukrumah semua tidak berseragam hanya memakan rompi hitam dan seperti bau rokok dan badannya besar2.
Rumah dikepung dengan polisi berseragam dan mobil besar hitam entah ada berapa.
Beberapa polisi ramah karena suami mau bekerjasama, hanya polisi yang tadi yang terus memarahi suami. Surat penangkapan tidak diberikan di awal tetapi ketika semua barang bukti dibawa, baru diperlihatkan tidak diberikan “Besok kami kirim,” katanya.
Sampai suami digiring ke mobil, putri saya keluar menyaksikan mobil yang membawa Abinya pergi dan bertanya, Umi, kemana Abi? “Liputan”, jawab saya.
Hal ini membuat saya cemas, karena ketika dibawa polisi suami saya hanya pakai kaos lengan pendek dan celana futsal. Suami ingin ganti baju dan ke toilet tapi tidak boleh. Ya, Allah..
Tulisan ini saya buat sesuai dengan apa yang saya lihat dan saya dengar. Insya Allah.
Semoga Allah menolong umatnya yang membela agamaNya, melakukan amar ma’ruf nahi munkar demi tegaknya Islam.
Allahu Akbar!
Surakarta, 22 Desember 2016
(Materai 6000)
(Nuraini)
(azmuttaqin/arrahmah.com)