WARSAWA (Arrahmah.com) – Polandia tidak akan menerima pengungsi di bawah program Uni Eropa setelah adanya serangan Paris, ungkap menteri urusan negara-negara Eropa, pada Sabtu (14/11/2015), sebagaimana dilansir oleh MEE.
“Keputusan Dewan Eropa, yang kita kritik, atas relokasi pengungsi dan imigran ke semua negara Uni Eropa merupakan bagian dari hukum Eropa,” Konrad Szymanski menulis di website berhaluan kanan wPolityce.pl.
“Tetapi setelah peristiwa tragis Paris kita tidak melihat adanya kemungkinan politik untuk mematuhinya,” katanya.
“Polandia harus mempertahankan kontrol penuh perbatasannya, serta kebijakan suaka dan migrasi,” tegas Szymanski.
Szymanski mengatakan bahwa serangan pada Jum’at (13/11) di Paris “secara langsung” berhubungan dengan krisis pengungsi serta keterlibatan Perancis dalam serangan udara terhadap posisi ISIS di Suriah.
Dia mengatakan bahwa Polandia menginginkan peninjauan kembali kebijakan Eropa dalam menanggapi krisis pengungsi.
Menteri luar negeri Polandia, Witold Waszczykowski, menambahkan bahwa “Eropa memerlukan pendekatan yang berbeda atas kehidupan komunitas Muslim di Eropa yang membenci benua ini dan ingin menghancurkannya”.
Kantor berita PAP mengutip Waszczykowski yang mengkritik upaya Uni Eropa untuk membuka pintu bagi para migran yang melarikan diri dari konflik di Suriah sebagai “Jalan Buntu”.
Berdasarkan rencana relokasi Uni Eropa, sebanyak 160.000 pengungsi yang terdaftar di negara-negara garis depan Uni Eropa seperi Yunani dan Italia akan dialokasikan ke sekitar 28 anggota Uni Eropa.
Banyak negara-negara Eropa Timur dengan tegas menolak untuk mengambil beban pengungsi.
Berbicara kepada wartawan saat ia meletakkan karangan bunga di luar kedutaan Perancis di Warsawa untuk korban Paris, Szymanski mengatakan bahwa Polandia hanya akan mengambil pengungsi jika memiliki jaminan keamanan.
Polandia, sebuah negara yang berpenduduk 38 juta, sampai saat ini mengambil sebanyak 200 orang pengungsi Kristen Suriah di bawah naungan yayasan swasta.
(ameera/arrahmah.om)