Kebiasaan diet dan gaya hidup yang buruk selama Ramadhan menimbulkan risiko kesehatan serius bagi umat Islam yang sedang berpuasa, begitulah dokter lokal dan ahli diet memperingatkan.
Waktu ketika malam berbuka, kita banyak memakan makanan dan mengkonsumsi terlalu banyak gula dan juga makanan kaya kolesterol yang memiliki efek yang parah pada kesehatan banyak Muslim, para ahli kesehatan telah memperingatkan.
“Insiden tinggi diabetes dan hipertensi dalam komunitas Muslim diperparah oleh diet yang buruk selama Ramadhan,” kata Dr Faisal Suleman.
“Banyak orang berbuka puasa dengan hidangan berminyak yang menyebabkan kolesterol tinggi. Juga kurangnya olahraga selama sebulan.”
Muslim harus menjauhkan diri dari makanan dan minuman dari fajar hingga senja di bulan Ramadhan. Akibatnya, mereka cenderung menikmati pesta malam hari terdiri dari makanan berlemak dan makanan kaya minyak lainnya.
Suleman mengatakan Muslim menjalankan pola gaya hidup buruk yang menempatkan mereka pada risiko kesehatan yang buruk pada saat bulan Ramadhan.
“Pada dasarnya, orang berpuasa cenderung makan tiga kali sehari. Sarapan digantikan dengan makan di pagi hari, setelah beberapa orang pergi tidur. Makan berikutnya adalah dimakan saat matahari terbenam, setelah adzan magrib berkumandang.
“Ketika mereka kembali dari masjid, mereka biasanya mengkonsumsi makanan ringan lain dan kemudian pergi tidur lagi. Ini adalah pola yang sangat tidak sehat yang hanya dapat diperbaiki dengan diet yang benar dan olahraga,” ujar Suleman.
Sebuah laporan yang diterbitkan di surat kabar The Star menyorot kampanye di negara-negara mayoritas Muslim di Timur Tengah dimana pemerintah bekerja sama dengan media untuk menarik perhatian warga yang sedang berpuasa terhadap risiko kebiasaan diet yang buruk dan untuk mempromosikan gaya hidup sehat kepada mereka.
Kampanye
Di Yordania, para tenaga kesehatan telah melaporkan bahwa terdapat lonjakan dalam serangan jantung, stroke dan kasus gangguan pencernaan dan diabetes selama Ramadhan, iklan layanan masyarakat TV telah memperingatkan Muslim agar pada waktu sahur dan berbuka tidak makan berlebihan dan biasakan berolahraga agar tubuh tetap sehat tetap sehat.
Kampanye di Yordania dipimpin oleh penguasa nasional, Raja Abdullah II, dan istrinya, Ratu Rania, yang sering mendukung gaya hidup dan diet sehat.
Di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, pemerintah dan media juga telah mengobarkan perang terhadap kebiasaan makan yang buruk. Surat kabar dan stasiun televisi teratur mempromosikan memasak sehat dan makan sehat selama Ramadhan.
Tujuan bagi kampanye adalah untuk memancing umat Islam agar dapat jauh dari tradisi mereka yang mengkonsumsi makanan ringan berminyak dan permen mengandung gula pada waktu berbuka (saat puasa dibatalkan), yaitu sebuah tradisi yang masih umum di kalangan Muslim Afrika Selatan.
“Selama Ramadhan, kita menemukan bahwa orang makan makanan yang kaya lemak tak jenuh, yang buruk, karena diabetes dan penyakit jantung yang umum di masyarakat,” kata Fahmida Patel, seorang ahli gizi Laudium.
“Asupan makanan yang digoreng dengan panas tinggi juga bermasalah, bersama dengan asupan rendah serat Idealnya, harus ada pergeseran pola makan dengan makanan gandum lebih, buah dan sayuran dan asupan air yang tinggi.”
Tapi kabar ini tidak semuanya buruk – beberapa ahli telah mencatat pergeseran terakhir dari kebiasaan buruk Ramadhan.
“Dalam tiga tahun terakhir, telah terjadi perubahan dalam kebiasaan makan dalam komunitas Muslim. Dengan meningkatnya insiden kolesterol tinggi dan diabetes, orang menjadi prihatin tentang kesehatan mereka,” kata ahli gizi Sadia Razak.
“Makanan berlemak dan berminyak yang dimakan pada waktu berbuka telah dihentikan di banyak rumah dan keluarga yang sekarang memilih tidak mengkonsumsi makanan penuh . Ada juga perubahan dalam metode memasak, dengan dipanggang, bukan digoreng. Pasti ada kesadaran yang lebih besar terhadap kolesterol, diabetes dan obesitas.
Sumber: mediahalal.info