(Arrahmah.com) – Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada nabi kita Muhammad, keluarganya dan seluruh sahabatnya serta umatnya yang komitmen menjalankan syariatnya. Amma ba’du.
Bab I
Mentauhidkan Allah dalam bidang kekuasaan, hukum dan ketaatan
Ketentuan 18
Khalifah wajib menahan diri dari harta milik umat Islam [Baitul Mal], khalifah tidak meninggalkan kekayaan, hutang-hutang khalifah wajib dilunasi dari hartanya sendiri dan jika hartanya sendiri tidak mencukupi maka pelunasan hutangnya menjadi kewajiban keluarga dan kerabatnya
Allah Ta’ala berfirman:
وَلا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى
Dan janganlah kamu tujukan pandangan kedua matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami menguji mereka dengannya. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Thaha [20]: 131)
Hadits no. 54:
Dari Amru bin Harits radhiyallahu ‘anhu, saudara dari ummul mukminin Juwariyah bintu Harits radhiyallahu ‘anha dan sekaligus ipar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam, ia berkata:
مَا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَلَا عَبْدًا وَلَا أَمَةً إِلَّا بَغْلَتَهُ الْبَيْضَاءَ الَّتِي كَانَ يَرْكَبُهَا وَسِلَاحَهُ وَأَرْضًا جَعَلَهَا لِابْنِ السَّبِيلِ صَدَقَةً
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam wafat tanpa mewariskan uang satu dinar, tidak pula uang satu dirham, tidak pula seorang budak laki-laki maupun budak perempuan. Beliau hanya mewariskan seeokor baghlah [peranakan antara kuda dan keledai] yang biasa beliau kendarai, senjata [pedang] dan tanah yang telah beliau sedekahkan untuk para musafir.” (HR. Bukhari no. 4461)
Hadits no. 55:
Dari Amru bin Maimun tentang kisah orang Majusi yang menikam khalifah Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu saat beliau mengimami shalat Subuh, sehingga beliau luka parah yang mengantarkan beliau kepada kematian. Pada detik-detik terakhir usianya tersebut, Umar bin Khathab berpesan kepada putranya:
يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ انْظُرْ مَا عَلَيَّ مِنْ الدَّيْنِ فَحَسَبُوهُ فَوَجَدُوهُ سِتَّةً وَثَمَانِينَ أَلْفًا أَوْ نَحْوَهُ قَالَ إِنْ وَفَى لَهُ مَالُ آلِ عُمَرَ فَأَدِّهِ مِنْ أَمْوَالِهِمْ وَإِلَّا فَسَلْ فِي بَنِي عَدِيِّ بْنِ كَعْبٍ فَإِنْ لَمْ تَفِ أَمْوَالُهُمْ فَسَلْ فِي قُرَيْشٍ وَلَا تَعْدُهُمْ إِلَى غَيْرِهِمْ فَأَدِّ عَنِّي هَذَا الْمَالَ
“Wahai Abdullah bin Umar, lihatlah hutangku!” Maka mereka menghitung hutang Umar bin Khathab, ternyata berjumlah 86.000 dirham atau sekitar itu. Umar berpesan: “Jika harta keluarga Umar mencukupi, maka lunasilah hutangnya dari harta mereka. Adapun jika harta keluarga Umar tidak mencukupi, maka mintalah bantuan pada Bani Adi bin Ka’ab [marga keluarga besar Umar]. Jika harta mereka juga tidak mencukupi, maka mintalah bantuan orang-orang Quraisy dan jangan minta bantuan kepada selian mereka. Lalu lunsailah hutangku [Umar] tersebut!” (HR. Bukhari no. 3700)
Wallahu a’lam bish-shawab.
(muhib al majdi/arrahmah.com)