(Arrahmah.id) – Lebih dari 1400 tahun yang lalu Nabi Muhammad ﷺ dan seorang Pendeta Kristen bernama Bahira, bertemu di bawah naungan sebuah pohon. Pohon yang sama diyakini ditemukan masih hidup di gurun utara Yordania. Satu-satunya pohon yang berdiri tegak di tengah kehampaan seluas ratusan mil.
Pohon Al Buqayawiyya berarti pohon yang diberkahi. Pohon ini diyakini oleh banyak orang telah memberikan perlindungan kepada Nabi Muhammad ﷺ 1400 tahun yang lalu. Banyak orang menyebutnya satu-satunya pohon Sahabi yang masih hidup. Pohon yang diberkahi ini adalah sebuah pohon Pistachio Atlantik. Ia terletak di gurun utara Yordania, di jalur perdagangan lama antara Mekah dan Damaskus. Kafilah biasa bepergian melalui rute ini.
Salah satu episode dalam Sirah menceritakan pertemuan Nabi ﷺ sebagai seorang anak muda dan Pendeta Kristen Bahirah. Nabi Muhammad ﷺ adalah seorang anak laki-laki berusia 9 atau 11 tahun ketika beliau ikut bepergian bersama rombongan kafilah, dengan pamannya Abu Thalib menuju Suriah untuk berdagang.
Saat itu, Bahira, yang tengah menyendiri di sebuah tempat di dekatnya, melihat kafilah tiba, dia terkejut menyadari bahwa awan kecil bergerak di atas kepala beberapa pengelana, melindungi mereka dari terik matahari. Ia pun sangat terkejut melihat ranting-ranting pohon itu merunduk ke arah karavan yang duduk di bawahnya untuk beristirahat. Bahira telah membaca sebuah manuskrip tua di mana kedatangan seorang Nabi baru diumumkan dan dia memiliki intuisi yang jelas bahwa dia akan bertemu dengannya selama hidupnya. Dia percaya mukjizat kecil itu menegaskan bahwa kedatangan Nabi akan segera datang.
Ketika Bahira melihat kafilah pedagang Arab dari Mekkah lewat, dia mengamati seorang anak laki-laki yang dinaungi oleh awan kemanapun dia pergi. Dia segera memahami pentingnya bocah itu dan mengundang karavan untuk jamuan makan. Semua anggota kafilah menghadiri pesta itu kecuali anak laki-laki yang dia tunggu-tunggu dengan cemas. Anak laki-laki itu ternyata duduk menjaga tunggangan. Bahira tidak dapat menemukan tanda-tanda kenabian pada siapa pun di perjamuan itu, jadi dia mendesak anggota kafilah untuk membawa sang bocah. Dia menanyai anak laki-laki itu dan menyimpulkan bahwa menurut kitab suci, dia adalah Utusan Terakhir.
Bahira lalu bertanya kepada Abu Thalib tentang hubungannya dengan bocah itu. Abu Thalib menjawab, “Dia anakku.” Biarawan itu menyanggah, “Ayah dari anak laki-laki ini tidak mungkin masih hidup.” Terkejut dengan jawaban Pendeta itu, Abu Thalib menjelaskan, “Dia keponakan saya. Ayahnya meninggal saat ibunya mengandung dia” Bahira lalu menyuruh Abu Thalib, untuk merawat anak ini dan melindunginya, karena dia adalah nabi yang akan datang di akhir zaman.
Seribu empat ratus tahun kemudian, pohon yang sama ini ditemukan masih bertahan hidup di gurun utara Yordania. Sebuah kisah arkeologi dan sejarah, yang disatukan oleh Pangeran Yordania Ghazi Bin Muhammad, menyebabkan penemuan kembali yang luar biasa.
Saat Pangeran bekerja di arsip kerajaan Yordania, salah satu peneliti menemukan serangkaian makalah yang merupakan catatan kakek buyutnya Raja Abdullah I, berisi survei yang telah dilakukan di semua tempat suci di Yordania.
Ketika Pangeran Ghazi menjadi anggota komite kerajaan untuk pelestarian tempat suci, ia membawa survei ini ke pamannya. Dalam survei ini dia menemukan penyebutan pohon tempat Nabi Muhammad ﷺ pernah duduk saat masih kecil.
Pohon yang diberkahi ini masih tumbuh kokoh di tengah gurun pasir Yordan yang ganas. Setelah melalui berbagai pengamatan, banyak yang percaya bahwa benar pohon tua itulah disebutkan dalam catatan pendeta bahira.
Melihat untuk pertama kali pohon yang tetap kokoh berdiri di atas gurun itu, Raja Abdallah II dari Yordania berkata, “Di seluruh gurun ini saya melihat ke seluruh arah, ke atas, ke bawah, pohon ini benar-benar sendirian, tidak ada pohon lain, tidak ada ladang, tidak ada air. Sungguh sebuah keajaiban makhluk hidup bisa bertahan di sini.”
Pohon yang diberkahi ini sekarang berada di bawah pengawasan dan pemeliharaan pemerintah Yordania. Ia dipagari namun terbuka untuk umum. Siapa pun dapat menikmati naungannya. (zarahamala/arrahmah.id)