DOHA (Arrahmah.id) — Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Syekh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menegaskan bahwa negaranya menolak keras upaya penjajah “Israel” menggunakan kelaparan sebagai senjata terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, di ibu kota Qatar, Doha, pada Ahad (27/4), lansir Al Jazeera.
“Kami menolak kelaparan terhadap rakyat Palestina dan akan terus berusaha bersama para mitra kami untuk mengakhiri perang,” tegasnya.
Ia menambahkan, meskipun upaya mediasi yang dilakukan Qatar telah berhasil memperpendek jarak antara pihak-pihak yang bertikai, namun upaya ini menghadapi “banjir tuduhan dan rumor tidak berdasar” yang ditujukan terhadap Doha.
Syekh Mohammed menjelaskan bahwa tujuan utama negosiasi adalah membebaskan para tawanan Palestina dan menghentikan agresi terhadap Gaza. Ia kembali menegaskan bahwa Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) telah berulang kali menyatakan secara terbuka kesiapan mereka untuk membebaskan seluruh tawanan.
Terkait negosiasi gencatan senjata, Syekh Mohammed menekankan bahwa proses tersebut tidak pernah berhenti, dan Qatar terus berkoordinasi erat dengan Mesir untuk mendorong tercapainya tahap kedua kesepakatan.
Qatar Bantah Terlibat dalam Demonstrasi Mahasiswa di AS
Syekh Mohammed juga membantah tuduhan bahwa Qatar berada di balik gelombang demonstrasi mahasiswa di Amerika Serikat mendukung Palestina, dengan menyebut tuduhan tersebut sebagai “omong kosong belaka”.
Ia menjelaskan bahwa hubungan Qatar dengan universitas-universitas Amerika terbatas hanya pada kerja sama institusi pendidikan yang berada di Doha, dan bahwa semua pendanaan diberikan secara transparan.
“Qatar adalah negara yang cinta damai dan telah memainkan peran penting dalam berbagai mediasi internasional,” tegasnya. Ia juga mengungkapkan bahwa saat ini ada kampanye besar-besaran yang dilancarkan oleh “Israel” untuk mendiskreditkan Qatar.
Turki: Prioritas Saat Ini, Hidupkan Kembali Gencatan Senjata
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, menegaskan pentingnya kemitraan strategis antara Turki dan Qatar dalam mendukung stabilitas kawasan.
Ia menuduh penjajah “Israel” melakukan pembersihan etnis di Gaza dan menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan, meskipun pihak Palestina telah menyatakan kesiapan untuk gencatan senjata.
Fidan menyampaikan terima kasih kepada Qatar atas upaya mediasi dan menekankan bahwa prioritas utama saat ini adalah menghidupkan kembali gencatan senjata dan mempercepat masuknya bantuan ke Gaza.
Ia juga menegaskan bahwa “kunci perdamaian” di kawasan ini adalah penerapan solusi dua negara.
Mengenai Suriah, Fidan menyebut bahwa sanksi terhadap Damaskus menghambat terciptanya stabilitas. Ia menegaskan bahwa Turki bekerja sama dengan Qatar untuk mendorong pencabutan sanksi, menolak segala bentuk intervensi asing, dan menyerukan perlindungan terhadap hak-hak semua kelompok etnis dan agama di Suriah.
Fidan saat ini tengah melakukan kunjungan ke Qatar untuk membahas sejumlah isu bilateral dan regional, dengan fokus utama pada Palestina dan Suriah.
(Samirmusa/arrahmah.id)