KANDAHAR (Arrahmah.id) – Perdana Menteri Qatar mengadakan pembicaraan rahasia dengan pemimpin tertinggi Imarah Islam Afghanistan (IIA) bulan ini untuk menyelesaikan ketegangan dengan komunitas internasional, sebuah sumber yang diberi tahu tentang pertemuan tersebut mengatakan, mengisyaratkan kesediaan baru dari para penguasa Afghanistan untuk mendiskusikan cara-cara untuk mengakhiri isolasi mereka.
Pertemuan pada 12 Mei di kota Kandahar, Afghanistan selatan, antara Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman al-Thani dan Haibatullah Akhunzada merupakan pertemuan pertama antara pemimpin tertinggi IIA yang tertutup dengan seorang pemimpin asing, lansir Reuters (30/5/2023).
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah diberitahu mengenai pembicaraan tersebut dan “berkoordinasi mengenai semua isu yang dibahas” oleh kedua pemimpin tersebut, termasuk memajukan dialog dengan IIA, ujar sumber tersebut.
Sumber tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan bahwa isu-isu lain yang diangkat oleh Sheikh Mohammed dengan Akhunzada termasuk perlunya mengakhiri larangan terhadap pendidikan anak perempuan dan pekerjaan perempuan.
Pertemuan ini merupakan keberhasilan diplomatik bagi Qatar, yang telah mengkritik pembatasan terhadap perempuan sambil menggunakan hubungan yang sudah berlangsung lama dengan kelompok tersebut untuk mendorong keterlibatan yang lebih dalam dengan Kabul oleh masyarakat internasional.
Amerika Serikat telah memimpin tuntutan kepada IIA untuk mengakhiri larangan sekolah bagi anak perempuan dan perempuan bekerja, termasuk bagi badan-badan PBB dan kelompok-kelompok kemanusiaan, untuk memulihkan kebebasan bergerak mereka dan membawa orang-orang Afghanistan dari luar barisan Taliban ke dalam pemerintahan.
Komentar sumber tersebut menunjukkan bahwa Washington mendukung peningkatan pembicaraan tingkat rendah yang tidak produktif dengan harapan adanya terobosan yang dapat mengakhiri satu-satunya larangan di dunia dan meringankan krisis kemanusiaan dan keuangan yang mengerikan yang telah menyebabkan puluhan juta orang Afghanistan kelaparan dan kehilangan pekerjaan. (haninmazaya/arrahmah.id)