Penegasan PM Palestina Ismail Haniyah itu disampaikan dalam wawancara dengan stasiun televisi al-Manar milik Hizbullah.
“Hamas tidak akan pernah menunjukkan fleksibilitas atas isu pengakuan terhadap legitimasi penjajah,” kata Haniyah dalam wawancara tersebut.
Pada kesempatan itu, Haniyah juga mengungkapkan harapannya bahwa upaya untuk membentuk pemerintahan nasional bersatu antara Hamas-Fatah dapat segera terwujud.
“Saya sangat berharap upaya tersebut sukses dan saya berharap pemerintahan nasional bersatu bisa terwujud dalam waktu secepat mungkin jika tujuannya benar-benar jujur,” ujar Haniyah.
Ia menegaskan lagi bahwa Hamas tidak akan pernah menyetujui persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh kekuatan Barat, termasuk ide agar Hamas menerima kesepakatan perdamaian yang ditandangani pada tahun 1990 antara Organisasi Pembebasan Palestina-PLO dan Israel.
Kesepakatan itu bubar pada tahun 2001 menemui jalan buntu sampai Hamas memenangkan pemilu dan memimpin tampuk pemerintahan di Palestina. Kemenangan Hamas, tidak disukai Barat, utamanya AS yang memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.
Sejak itulah, pemerintahan Hamas mendapat tekanan kuat dan negara-negara Barat sengaja mengangkat figur Presiden Palestina Mahmud Abbas yang dianggap lebih bisa dikendalikan dibandingkan para pemimpin Hamas.
Penegasan bahwa Hamas tidak akan pernah mengakui eksistensi Israel juga disampaikan pemimpin Hamas Khalid Meshaal di Damaskus pekan kemarin pada Reuters.
Pertukaran Tahanan
Dalam wawancara dengan televisi al-Manar Haniyah mengungkapkan adanya kemajuan dalam proses pembicaraan tentang pertukaran tawanan tentara Israel yang diculik pejuang Palestina dengan para tahanan Palestina yang berada di penjara-penjara Israel.
“Mereka selalu menolak bicara tentang jumlah tahanan yang akan dibebaskan dan sekarang mereka (Israel) setuju,” kata Haniyah.
Dan untuk pertama kalinya, Haniyah membenarkan bahwa Hamas memasukkan nama pemimpin Fatah, Marwan al-Barghouthi di antara para tahanan Palestina yang harus dibebaskan Israel. Pengadilan Israel menjatuhkan sangsi hukuman pada Barghouthi atas tuduhan memerintahkan sejumlah serangan ke Israel saat bangkitnya gerakan Intifadah pada tahun 2000. Barghouthi menolak semua tuduhan Israel.
Selama ini Israel selalu menolak membebaskan tahanan Palestina yang dianggap “tangannya penuh darah.”
Sebagai kompensasi pembebasan serdadu Israel Gilad Shalit, Hamas meminta Israel membebaskan lebih dari seribu dari 11.000 tahanan Palestina yang saat ini berada di penjara-penjara Israel. (ln/arabworldnews/era)