ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Pakistan, Yousuf Raza Gilani, mengatakan Rabu (16/2/2011) bahwa pengadilan akan memutuskan apakah seorang staf konsulat AS yang menembak mati dua warga Pakistan akan dilindungi oleh kekebalan diplomatik atau tidak, kata media pemerintah.
Raymond Davis menegaskan ia bertindak membela diri ketika ia menembak dua orang pria di Lahore pada tanggal 27 Januari lalu. Pria ketiga meninggal karena ditabrak oleh sebuah kendaraan diplomatik AS yang datang untuk membantu Davis.
“Davis juga memiliki seorang pengacara, ia akan menghadiri kasusnya dan kemudian pengadilan akan memutuskan apakah dia memiliki kekebalan atau tidak,” kutip Associated Press dari ungkapan Gilani saat menghadiri konvensi ulama.
Anehnya, Gilani mendesak para ulama untuk mencari solusi untuk masalah yang sensitif ini sesuai dengan hukum Islam, di mana keluarga korban dapat memaafkan pembunuh dengan imbalan kompensasi.
“Ulama harus memberi tahu solusinya. Entah ahli waris harus memberikan pengampunan atau meminta ‘Qishas’ (yang diartikan oleh Gilani sebagai kompensasi) atau pengadilan yang harus memutuskan. Kami tidak memiliki peran apapun,” ujar Gilani.
Gilani mengatakan bahwa pemerintah sedang terjebak antara reaksi publik dan kemarahan internasional.
“Kami sedang menghadapi keputusan yang sulit. Ada nilai politik di dalam kasus ini,” lanjutnya.
“Kami benar-benar terjebak. Dalam hal ini, kami membutuhkan masukan. Kami akan melakukan apapun demi kepentingan negara dan bangsa,” katanya.
Gilani mengklaim pemerintahnya tidak tunduk pada tekanan AS bahkan setelah Presiden Barack Obama meminta kekebalan terhadap Davis.
Rapuhnya hubungan Pakistan dengan Amerika Serikat telah menyebabkan Pakistan jatuh ke dalam krisis, terutama sejak Davis ditangkap dan mengaku menembak mati dua warga Pakistan di Lahore.
Senator AS, John Kerry, tiba Selasa malam (15/2) di Pakistan untuk mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin negeri tersebut dalam rangka menyelesaikan pertikaian diplomatik atas nasib seorang Davis. Kerry menyatakan penyesalan mendalam atas pembunuhan tersebut. (althaf/arrahmah.com)