ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Dalam sebuah wawancara dengan Washington Post, Kamis (6/12/2018), Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, telah mengecam keputusan pemerintah Pakistan sebelumnya untuk bergabung dengan perang Amerika melawan Taliban di Afghanistan, mengatakan perang tersebut telah merugikan “nyawa manusia, kehancuran wilayah kesukuan, dan martabat” Pakistan.
Khan menambahkan bahwa dia ingin memiliki hubungan yang baik dengan AS, tetapi tidak akan membiarkan Pakistan menjadi “senjata sewaan” yang dibayar dalam “perang orang lain”.
Dia mengangkat hubungan Pakistan dengan Cina sebagai contoh positif yang bertentangan dengan hubungan “satu dimensi” dengan Washington.
“Ini adalah hubungan perdagangan antara dua negara. Kami ingin hubungan yang sama dengan AS”, katanya.
Khan membantah tuduhan Trump yang mengatakan bahwa Pakistan telah menderita kerugian finansial jauh lebih besar dari bantuan yang Washington berikan, dengan berpartisipasi dalam perang melawan ‘terorisme’. Dia juga membantah tuduhan bahwa negaranya menjadi surga bagi Taliban.
Menurut Khan, sikap Washington yang telah membawa perubahan dalam hubungan bilateral. “AS pada dasarnya telah membuat Pakistan menjauh dari mereka.”
Sebelumnya pada bulan November, Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan terlibat dalam pecekcokan panas melalui Twitter mengenai hubungan bilateral. Trump menuduh Pakistan tidak banyak membantu Washington dalam memerangi ‘teroris’ dengan tetap menerima “miliaran dolar” bantuan AS. Dia juga menuduh Islamabad secara sadar menyembunyikan mantan ‘teroris’ nomor satu, Syaikh Usamah bin Ladin.
Khan mengutuk operasi AS 2011 di Abbottabad yang menewaskan Syaikh Usamah, mengatakan bahwa “sungguh memalukan” jika Washington tidak mempercayai Pakistan untuk membunuh ‘teroris’.
Washington mengumumkan pada September 2018 bahwa mereka telah memangkas bantuan keuangannya ke Pakistan sebesar $ 300 juta tahun ini.
Saat ditanya mengapa ia “memendam sentimen anti-AS”, Khan mengatakan tidak setuju dengan kebijakan Washington tidak membuatnya “anti-Amerika”.
“Ini adalah pendekatan yang sangat imperialistik. Anda bersama saya atau melawan saya.” (Althaf/arrahmah.com)