ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan pemerintah Amerika Serikat “cepat atau lambat” harus mengakui Taliban, yang sekarang menguasai Afghanistan.
Dalam wawancara yang disiarkan televisi TRT World yang berafiliasi dengan negara Turki, Khan mengatakan pada Sabtu (2/10/2021) bahwa AS dalam keadaan “terkejut dan kebingungan” setelah Taliban mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus.
Khan juga menyatakan bahwa publik AS saat ini mencari kambing hitam dan “menargetkan secara tidak adil” Presiden AS Joe Biden.
Para kritikus mengatakan pemerintah yang didukung Barat runtuh menyusul keputusan Biden untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan. Meskipun ada tekanan kuat, Biden tetap pada tenggat waktu 31 Agustus untuk menarik pasukan, mengakhiri perang terpanjang AS.
Penarikan pasukan AS adalah bagian dari perjanjian dengan Taliban yang ditandatangani di bawah mantan Presiden Donald Trump pada tahun 2020. Perjanjian yang ditandatangani di ibu kota Qatar, Doha, juga meminta Taliban untuk tidak mengizinkan kelompok bersenjata seperti al-Qaeda menggunakan tanah Afghanistan untuk melakukan serangan terhadap AS dan sekutunya.
Namun pengambilalihan militer yang dramatis atas Afghanistan oleh Taliban telah mendorong AS dan lembaga keuangan internasional untuk memutuskan hubungan dengan negara itu. Aset bank sentral Afghanistan senilai lebih dari $9 miliar dibekukan oleh AS yang memicu krisis likuiditas.
‘Cairkan cadangan Afghanistan’
Perdana menteri Pakistan menekankan bahwa jika AS tidak mencairkan cadangan Afghanistan, negara itu dapat menghadapi “situasi kacau”, dan bahwa AS harus menemukan solusi.
Pakistan, yang bertetangga dengan Afghanistan, khawatir bahwa krisis ekonomi dan kemanusiaan akan berdampak pada negara mereka. Pakistan sudah menampung hampir 3,5 juta pengungsi Afghanistan.
Islamabad dianggap memiliki hubungan dekat dengan Taliban, dimana banyak pemimpin Taliban tinggal di Pakistan selama 20 tahun perang melawan pendudukan AS. Pemerintah Khan telah meminta pemerintah Barat untuk berurusan dengan Taliban.
Ketika Khan ditanya apakah dia “pro-Taliban”, dia menjawab bahwa dia yakin “solusi anti-militer” dan bahwa satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik di Afghanistan adalah melalui cara damai.
Khan melanjutkan dengan mengatakan bahwa Pakistan sendiri yang mengakui Taliban tidak akan “membuat banyak perbedaan” tetapi pengakuan bersama atas kekuatan regional dan tetangga akan menjadi solusi yang lebih baik.
Selama wawancara, Khan mengungkapkan bahwa pemerintahnya saat ini sedang dalam pembicaraan damai dengan beberapa kelompok Taliban Pakistan, yang dikenal dengan akronim TTP, dan dia lebih lanjut mengungkapkan bahwa pembicaraan sedang diadakan di Afghanistan dan jika rekonsiliasi tercapai, anggota organisasi akan “diampuni”. (haninmazaya/arrahmah.com)