MANAMA (Arrahmah.id) – Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim mendesak para cendekiawan dan intelektual dunia Muslim untuk bersatu melawan perpecahan sektarian dan mengambil tindakan konkret untuk mendukung Palestina dan Suriah.
Berpidato di hadapan 400 cendekiawan Islam, pemimpin agama, dan pakar pada Konferensi Dialog Intra-Islam pada Rabu (19/2/2025), Anwar menyampaikan kecaman keras terhadap eksploitasi perbedaan sektarian.
Ia memperingatkan bahwa perpecahan seperti itu melemahkan kohesi politik dan menghalangi kerja sama yang diperlukan di antara negara-negara Muslim, lansir Bernama.
“Meski begitu, ada pihak-pihak yang terus melihat perbedaan bukan sebagai sumber kekayaan, tetapi sebagai garis patahan yang dapat dimanipulasi demi kepentingan mereka sendiri. Sektarianisme telah dijadikan senjata untuk mengobarkan ketegangan, memecah belah masyarakat, dan melemahkan kohesi politik,” ujarnya.
“Hal itu telah menghalangi kerja sama antarnegara yang, dengan semua logika dan kebutuhan, harus berdiri bersama sebagai sekutu,” katanya, menggemakan seruan Imam Besar Al Azhar Al Sharif, Prof Dr Ahmed Al Tayyeb, bagi para cendekiawan dan elit di dunia Muslim untuk memimpin dalam membina persatuan dan untuk selalu bertindak dengan kesadaran umat yang bersatu.
Anwar adalah satu-satunya Kepala Pemerintahan yang diundang untuk berbicara di konferensi tersebut, yang diadakan di bawah naungan Raja Bahrain, Raja Hamad Isa Al Khalifa, dan dihadiri oleh Imam Besar Al Azhar.
Acara tersebut berlangsung selama kunjungan resmi pertama Anwar ke negara Teluk tersebut atas undangan Putra Mahkota Bahrain dan Perdana Menteri Salman bin Hamad Al Khalifa.
Dalam seruan yang kuat untuk bertindak, Anwar mengutip perjuangan Palestina sebagai konsekuensi langsung dari perpecahan Muslim, menyerukan lebih dari sekadar kecaman lisan.
“Selama beberapa dekade, rakyat Palestina telah menghadapi pendudukan, perampasan, dan ketidakadilan sistematis,” lanjutnya.
“Perjuangan mereka adalah pengingat yang jelas akan salah satu konsekuensi dari perpecahan di dalam umat. Dunia Muslim harus menunjukkan solidaritas yang lebih besar dengan Palestina -bukan melalui gerakan kosong tetapi melalui tindakan kolektif, upaya diplomatik, dan dukungan ekonomi,” desaknya.
Perdana Menteri menekankan bahwa ketergantungan ekonomi, fragmentasi politik, dan kegagalan untuk membentuk front persatuan telah membuat rakyat Palestina terpapar pada agresi tanpa henti.
“Genosida di Gaza, perluasan pemukiman ilegal, dan pengungsian keluarga yang terus berlanjut menuntut lebih dari sekadar kata-kata kecaman. Kita harus memberikan sumber daya yang nyata untuk mendukung pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur Palestina. Kita harus tanpa lelah memperjuangkan perjuangan Palestina di setiap forum internasional,” tegasnya.
Selain Palestina, Anwar juga menyoroti Suriah sebagai model potensial untuk rekonsiliasi dan pembangunan perdamaian, dan mendesak dunia Muslim untuk secara kolektif merenungkan masa depannya.
“Tanda-tanda rekonsiliasi dan pembangunan perdamaian yang muncul di Suriah tidak hanya menawarkan harapan bagi rakyatnya, tetapi juga kesempatan bagi seluruh umat.
“Suriah memiliki potensi untuk menjadi model rekonsiliasi, yang melampaui perbedaan politik dan sektarian,” katanya.
Konferensi yang diselenggarakan bersama oleh Al Azhar Al Sharif, Dewan Tertinggi Urusan Islam (SCIA) di Bahrain, dan Dewan Sesepuh Muslim ini merupakan kelanjutan dari upaya yang diprakarsai dalam Forum Dialog Bahrain pada November 2022. (haninmazaya/arrahmah.id)