KUALA LUMPUR (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mengatakan Malaysia tidak dapat lagi menerima pengungsi Muslim Rohingya dari Myanmar akibat kondisi ekonomi yang sulit dan sumber daya yang semakin menipis akibat pandemi virus Corona.
Pernyataan tersebut disampaikan pada Jumat (26/6) usai sebanyak 269 pengungsi Rohingya masuk ke wilayah perairan Malaysia karena ingin menyelamatkan diri dari persekusi oleh militer Myanmar. Mereka datang dengan menggunakan perahu dalam kondisi menyedihkan.
Malaysia yang mayoritas Muslim telah lama menjadi tujuan favorit bagi Rohingya untuk mencari kehidupan yang lebih baik setelah melarikan diri dari penumpasan yang dipimpin militer pada 2017 di Myanmar dan kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.
Tetapi Malaysia, yang tidak mengakui status pengungsi Rohingya, baru-baru ini menolak perahu-perahu mereka dan menahan ratusan orang Rohingya, di tengah meningkatnya kemarahan terhadap orang asing yang dituduh menyebarkan virus dan menguras uang negara.
“Kita tidak bisa lagi mengambil lebih banyak karena sumber daya dan kapasitas kita sudah terbatas, diperparah oleh pandemi Covid-19,” kata Muhyiddin dalam teleconference dengan para pemimpin Asean lainnya.
“Namun, Malaysia secara tidak adil diharapkan untuk berbuat lebih banyak untuk mengakomodasi pengungsi yang masuk,” tambahnya.
Sikap pemerintah Indonesia pun tidak jelas ketika sebanyak 94 pengungsi Rohingya terombang-ambing di perairan negara. Mereka pun mencapai pesisir Pantai Lancok di Aceh tapi tidak diizinkan turun oleh otoritas setempat dengan alasan berisiko menyebarkan virus corona kepada masyarakat lokal.
Namun, warga tidak menggubris itu dan terus memaksa agar para pengungsi yang terdiri dari anak-anak sampai orang tua bisa diselamatkan. Karena tak juga didengar, mereka pun mengambil alih situasi. Dengan memakai tali, mereka menarik kapal ke jarak aman agar para pengungsi bisa turun.
“Kami tak khawatir bermasalah [dengan otoritas] sebab kami percaya apa yang kami lakukan sudah benar,” kata seorang kepala desa bernama Nasruddin Guechik kepada The Guardian. “Hanya melihat para pengungsi, kami langsung menangis,” tambahnya.
Ia mengaku bangga dengan masyarakat sekitar yang sukarela memberikan para pengungsi Rohingya makanan dan pakaian bersih. Mereka juga ditempatkan di sebuah bangunan yang sebelumnya berfungsi sebagai fasilitas imigrasi.
“Ada kemungkinan besar mereka bisa saja meninggal di lautan jika penduduk desa tak mengambil tindakan. Menunggu pemerintah itu terlalu lama,” tandasnya.
(ameera/arrahmah.com)