DAMASKUS (Arrahmah.id) – Perdana Menteri caretaker Lebanon Najib Mikati mengatakan bahwa Beirut dan Damaskus akan bekerja sama untuk mengamankan perbatasan darat mereka, dan juga untuk menggambarkan perbatasan darat dan laut.
Dalam kunjungan pertama seorang perdana menteri Lebanon ke negara tetangganya, Suriah, dalam 15 tahun terakhir, Mikati berbicara dalam konferensi pers bersama dengan pemimpin de facto Suriah, Ahmad Asy Syaraa, di ibu kota Damaskus, Sabtu (11/1/2025), lansir al Jazeera.
Asy Syaraa mengatakan bahwa mereka telah mendiskusikan berbagai isu termasuk penyelundupan antara kedua negara, tantangan-tantangan di perbatasan, dan deposito Suriah di bank-bank Lebanon.
Ia mengatakan bahwa ia mengharapkan “hubungan strategis jangka panjang” dengan negara tetangga Lebanon setelah negara yang dilanda krisis tersebut memilih presiden yang sangat dibutuhkan.
“Kami dan Lebanon memiliki kepentingan bersama yang besar,” tambah Asy Syaraa.
Kedua belah pihak sepakat untuk membentuk komite-komite untuk menangani masalah-masalah ini dan memberikan dukungan.
Al Jazeera melaporkan bahwa kedua pemimpin sepakat untuk bekerja mencegah penyelundupan antara kedua negara.
“Para penyelundup biasanya mengirim senjata dan obat-obatan terlarang dari Suriah ke Lebanon,” ujar laporan Al Jazeera.
Perbatasan timur Lebanon berpori-pori dan dikenal sebagai jalur penyelundupan.
Kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon mendukung al-Assad dengan para pejuangnya selama perang di Suriah.
Namun, gerakan yang bersekutu dengan Iran ini telah melemah setelah perang dengan “Israel” menewaskan pemimpin lamanya dan merusak persenjataan kelompok tersebut, sebuah faktor yang membantu kelompok perlawanan Suriah merebut Damaskus bulan lalu.
Lebanon diperkirakan menampung sekitar 1,5 juta pengungsi Suriah, yang melarikan diri dari perang di negara tersebut yang dimulai pada 2011.
Konflik selama 13 tahun telah menewaskan lebih dari setengah juta orang, menghancurkan perekonomian, dan mendorong jutaan orang untuk meninggalkan rumah mereka karena mengungsi baik secara internal maupun eksternal.
Presiden Lebanon yang baru terpilih, Joseph Aoun, mengatakan pada Kamis bahwa ada kesempatan bersejarah untuk melakukan “dialog yang serius dan adil” dengan Suriah.
Selama lima dekade keluarga al-Assad berkuasa, Suriah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Lebanon, mempertahankan kehadiran militernya selama 29 tahun di tengah-tengah penentangan yang meluas dari masyarakat Lebanon.
Suriah akhirnya menarik pasukannya pada 2005 di bawah tekanan internasional setelah pembunuhan mantan Perdana Menteri Lebanon Rafik Hariri. (haninmazaya/arrahmah.id)