TEL AVIV (Arrahmah.id) – Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu, yang semakin stres menyusul keberhasilan Hamas menembus sistem pertahanan mereka, berjanji akan menghancurkan kelompok perlawanan tersebut sepenuhnya.
“Setiap anggota Hamas harus mati,” katanya kepada BBC setelah pertemuan pertama pemerintahan darurat negaranya.
Netanyahu juga menyamakan Hamas dengan ISIS dan bersumpah untuk menghancurkan seluruh Gaza.
Konflik tersebut meletus Sabtu lalu ketika Hamas melancarkan serangan yang mengejutkan, termasuk rentetan tembakan roket dan infiltrasi ke “Israel” melalui darat, laut, dan udara.
Tindakan tersebut disebut Hamas sebagai balas dendam atas penggerebekan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan juga sebagai respons terhadap meningkatnya kekerasan pemukim ilegal “Israel” terhadap rakyat Palestina.
Sebagai tanggapan, militer pendudukan “Israel” melancarkan Operasi Pedang Besi. Hal ini diperluas dengan memutus pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah bermasalah yang telah dikepung sejak 2007.
Hingga saat ini, jumlah korban jiwa di Gaza dan “Israel” mencapai hampir 2.500 orang.
Kementerian Kesehatan Palestina, melaporkan pada Kamis (12/10/2023), jumlah korban jiwa di Jalur Gaza kini mencapai 1.200 orang, menyusul meningkatnya serangan bom “Israel” yang memasuki hari keenam.
“Jumlah korban luka bertambah menjadi sekitar 5.600 orang,” kata juru bicara kementerian.
Menyusul peringatan “Israel” untuk menghancurkan seluruh Gaza, Presiden AS Joe Biden menyarankan Netanyahu untuk mematuhi aturan perang.
“Satu hal yang saya ingin katakan sangat penting bagi ‘Israel’, dengan segala kemarahan dan frustrasi yang ada, mereka harus bertindak sesuai dengan aturan perang.”
“Dan ada aturan perangnya,” kata Biden dikutip AFP.
Kantor berita internasional juga memberitakan bahwa Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken meminta seluruh mitra internasionalnya untuk menggunakan pengaruhnya terhadap Hamas dan Iran agar konflik di Gaza-Israel dapat segera dihentikan.
Blinken juga disebut bersedia bernegosiasi dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed Salman dan Presiden Iran, Ebrahim Raisi.
“Kami meminta semua negara sahabat AS untuk menggunakan pengaruh Anda terhadap Hamas, ‘Hizbullah’, dan Iran untuk menghentikan konflik yang sedang berlangsung.”
“Kami juga ingin Anda mencoba ‘mencegah keterlibatan Hizbullah’ dalam konflik Gaza-Israel,” tambahnya. (haninmazaya/arrahmah.id)