TEL AVIV (Arrahmah.id) — Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa kritik yang menyerukan Israel untuk tidak melakukan tindakan militer di Rafah berati kalah perang melawan Hamas. Netanyahu telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas.
“Bahkan jika kami mencapainya, kami akan memasuki Rafah,” kata Netanyahu dilansir AFP (18/2/2024).
Israel semakin mendapat seruan, termasuk dari sekutu terdekatnya Amerika Serikat, untuk menunda pengiriman pasukan ke kota Gaza Selatan, tempat sekitar 1,4 juta orang telah mengungsi.
Pihak militer menyatakan bahwa mereka berupaya memindahkan warga sipil dari daerah tersebut untuk meminimalkan korban jiwa, namun belum mengungkapkan rincian pasti mengenai rencana evakuasi mereka.
Pembicaraan telah diadakan di Ibu Kota Mesir, Kairo, untuk mencoba menengahi penghentian pertempuran, sementara lembaga bantuan semakin khawatir akan kekurangan makanan, air dan obat-obatan di Jalur Gaza.
Netanyahu mengatakan penyelesaian apa pun “hanya akan dicapai melalui negosiasi langsung antar pihak, tanpa prasyarat”, dan menolak tuntutan Hamas sebagai hal yang “menggelikan”.
“Israel di bawah kepemimpinan saya akan terus menentang keras pengakuan sepihak atas negara Palestina,” tambahnya.
“Setelah pembantaian mengerikan pada tanggal 7 Oktober, tidak ada imbalan yang lebih besar bagi terorisme selain itu dan hal ini akan menghambat penyelesaian perdamaian di masa depan,” ujar Netanyahu.
Netanyahu berbicara ketika ribuan warga Israel melakukan protes di Tel Aviv, menuduh pemerintah Netanyahu meninggalkan sandera yang diculik dalam serangan 7 Oktober 2023 dan masih ditahan di Gaza.
Mereka meneriakkan bahwa pemerintah “berlumuran darah” dan menyerukan Israel untuk bernegosiasi. Di antara mereka adalah Yair Mozes, yang ayahnya Gadi termasuk di antara para tawanan.
“Saya minta maaf karena perdana menteri menganggap tidak perlu mengirim perwakilan ke perundingan di Kairo, di mana semua pihak dan mediatornya kecuali Israel,” tambahnya. (hanoum/arrahmah.id)