BAGHDAD (Arrahmah.com) Perdana Menteri Irak mengkritisi waktu pengungkapan dokumen rahasia militer AS oleh Wikileaks, hampir 400.000 dokumen rahasia militer AS mengenai perang Irak diungkap.
Nouri Maliki menuduh apa yang dilakukan Wikileaks merupakan percobaan sabotase untuk menjegal upayanya membentuk pemerintahan baru dengan menciptakan kemarahan “terhadap para pemimpin partai nasional, khususnya terhadap Perdana Menteri.”
Maliki tengah berjuang mempertahankan posisinya setelah pemilu bulan Maret lalu tidak menghasilkan pemenang mutlak.
Lawan politiknya mengatakan bocoran-bocoran dokumen yang dipublikasikan di situs Wikileaks menggarisbawahi perlunya menciptakan pemerintah berbagi kekuasaan, daripada satu pemerintahan yang kekuasaannya terpusat di tangan Maliki.
Sedang Wikileaks mengungkapkan bahwa mereka bertujuan untuk mengungkap kebenaran tentang perang.
Pemilik wikileak, Julian Assange, mengatakan catatan menunjukkan telah terjadi pertumpahan darah di setiap sudut dan memberikan bukti kejahatan perang.
“Kami berharap untuk memperbaiki sebagian dari serangan terhadap kebenaran yang terjadi sebelum
perang, selama perang dan berlanjut sejak perang dimulai,” ujarnya dalam konferensi pers di London.
Namun Ketua Gabungan Kepala Staf AS, Laksamana Mike Mullen sangat mengutuk pengungkapan informasi rahasia.
Dalam sebuah posting di Twitter, ia menyebut Wikileaks “bertanggungjawab” dan mengatakan website tersebut mengambil “resiko dalam hidup dan memberikan informasi berharga pada musuh.”
Permainan media
Wartawan BBC, Jim Muir di Baghdad mengatakan Wikileaks telah menarik minat sangat kecil di antara warga Irak walaupun mereka memicu kemarahan dari kantor Perdana Menteri.
Maliki juga mengatakan bahwa catatan tidak menyediakan bukti apapun mengenai penyiksaan tahanan dalam penjara-penjara Irak selama dirinya menjadi Perdana Menteri.
Laporan 391.831 tindakan militer AS yang dipublikasikan oleh Wikileaks pada Jumat (22/10) jelas menggambarkan penyiksaan terhadap tahanan Irak oleh anggota pasukan keamanan Irak dan bahkan dalam beberapa kasus mereka dieksekusi.
Salah satunya menunjukkan tentara AS menunjukkan kepada tentara Irak mengeksekusi seorang tahanan di kota Talafar. Yang lainnya memperlihatkan tentara Irak memotong jari seorang tahanan dan membakarnya dengan asam.
Meskipun tuduhan begitu berat, namun tidak ada penyelidikan lebih lanjut.
Jurubicara militer AS, Kolonel Dave Lapan mengatakan kepada BBc bahwa mereka tidak mempunyai rencana untuk melakukan investigasi terkait dugaan penyalahgunaan dan mengklaim bahwa kebijakan itu konsisten dengan Konvesi PBB Menentang Penyiksaan.
Korban perang
Amerika Serikat dan Inggris mengecam publikasi dokumen-dokumen rahasia yang terbesar dalam sejarah militer Amerika Serikat.
Baik Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton dan Menteri Pertahanan Inggris mengisyaratkan bahwa penerbitan itu hanya membuat nyawa orang-orang terancam.
Jurubicara Pentagon menilai dokumen-dokumen itu adalah pengamatan mentah dari unit-unit taktis yang isinya berupa cuplikan peristiwa-peristiwa tragis dan biasa.
Dia menyebutkan penyebaran dokumen-dokumen ini sebagai sebuah “tragedi” yang membantu musuh-musuh negara Barat.
Walau begitu ketika berbicara dalam sebuah konferensi pers di London untuk membela tindakannya, Assange mengatakan tidak satu orang pun yang dilaporkan jadi korban setelah 90.000 dokumen perang di Afghanistan diterbitkan Wikileaks awal tahun ini. (haninmazaya/arrahmah.com)