DAMASKUS (Arrahmah.id) – Perdana Menteri Irak telah mengadakan pembicaraan dengan pemimpin rezim Suriah Bashar Asad di Damaskus dalam kunjungan pertamanya ke negara yang dilanda perang tersebut sejak konflik 12 tahun dimulai.
Irak dan Suriah telah menjalin hubungan dekat selama bertahun-tahun, bahkan setelah banyak negara Arab menarik duta besar mereka dari Damaskus dan keanggotaan Suriah di Liga Arab yang beranggotakan 22 negara dibekukan karena penumpasan brutal terhadap para pengunjuk rasa di tahun 2011.
Asad menerima Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani, yang memimpin sebuah delegasi tingkat tinggi, di istana kepresidenan di Damaskus pada Ahad (16/7/2023), lansir Al Jazeera.
Kedua pemimpin tersebut kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa mereka membahas tentang memerangi perdagangan narkoba lintas batas, kembalinya para pengungsi Suriah dan keharusan untuk mencabut sanksi-sanksi Barat yang dijatuhkan kepada Suriah.
Mereka juga membicarakan tentang serangan “Israel” di negara yang dilanda perang dan kekurangan air di Sungai Eufrat, sungai yang membelah kedua negara, karena pembendungan hulu di Turki.
Al-Sudani mengatakan bahwa mereka mendiskusikan cara-cara untuk memerangi kondisi kekeringan di kedua negara yang disebabkan oleh penurunan curah hujan, perubahan iklim dan pembendungan di hulu sungai oleh Turki.
“Kita perlu bekerja sama untuk mendapatkan bagian air yang adil,” kata Sudani.
Kantor Al-Sudani mengatakan bahwa pembicaraan tersebut juga mencakup bagaimana berkolaborasi untuk memerangi “terorisme”.
“Kami menghadapi beberapa tantangan, yang pertama dan terutama adalah terorisme,” kata Assad dalam sebuah konferensi pers bersama dengan Sudani. (haninmazaya/arrahmah.id)