JAKARTA (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Inggris David Cameron mengajak Indonesia melawan Al Qaedah dan Jama’ah Islamiyah dengan memajukan demokrasi. Ia menyampaikan pandangan itu saat memberi kuliah umum di Universitas Al Azhar, Jakarta, Kamis (12/4).
“Rakyat Indonesia dapat menunjukkan bahwa demokrasi menjadi alternatif dari diktatorisme dan ekstrimisme, Indonesia dapat menjadi tempat bersatunya agama dengan demokrasi, dan tidak perlu antara agama dan demokrasi berkonflik, ini adalah pukulan telak bagi Al Qaedah dan Jama’ah Islamiyah” Kata Cameron.
Sebelumnya, Cameron menilai bahwa ekstrimisme sebagai salah satu dari tiga ancaman demokrasi di Indonesia. Menyadari pembicaraannya akan membahas Islam, sebelum menerangkan siapa dan apa ekstrimisme yang dia maksud, Cameron lekas melakukan klarifikasi bahwasanya dia tidak membicarakan Islam dan kaum Muslimin secara umum, akan tetapi membicarakan para Ahli tauhid yang menolak demokrasi.
“Saya tegaskan, saya tidak berbicara tentang Islam, Islam agama damai, dan ekstrimisme tidak hanya ada di Muslim, akan tetapi mereka yang menolak demokrasi, seolah-olah islam tidak bisa bersatu dengan demokrasi” paparnya.
Ia pun,menghimbau Indonesia untuk melakukan perlawanan terhadap apa yang dia sebut sebagai ekstrimisme.
“Indonesia negara dengan populasi Muslim terbesar, tidak mustahil untuk melawan ekstrimisme” jelas Cameron.
Selain membicarakan ‘ekstrimisme’ Cameron mencari simpati rakyat Indonesia dengan memberi pujian berlebihan kepada pemerintah Indonesia. Dengan pernyataan demokrasi dan relasi agama minoritas harus menjadi contoh pada negara-negara muslim lainnya. Cameron meminta kelompok Ikhwanul Muslimin di Mesir juga melihat ke Indonesia untuk mencari tips membangun bangsanya setelah berhasil menumbangkan otokrasi.
“Apa yang Indonesia tunjukkan adalah mungkin mengembangkan demokrasi dan ekonomi modern tanpa mengkompromikan keamanan rakyat atau pun hak mereka melaksanakan ibadah menurut agamanya,” papar Cameron.
Lanjutnya, Anggota Asia Tenggara kelompok militan Jemaah Islamiyah dihukum karena pemboman di pulau resor Indonesia Bali 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang. “Meski demikian, Inggris menilai Indonesia salah satu, demokrasi paling stabil di Asia terbuka,” lanjutnya.
Dia melanjutkan, sebagian besar umat Islam Indonesia adalah moderat dan negara secara teknis sekuler, juga menghadapi militansi Islam dan pasang naik konservatisme, yang bisa mendorong daerah dengan populasi Kristen yang besar untuk mencoba melepaskan diri.
Selama kurang lebih 50 menit, Cameron membahas tentang kemampuan Indonesia di dunia. Ia mengatakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menghasilkan banyak kemajuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial.
Tapi pemerintahan dan negara harus menghadapi empat ancaman yang akan menjegal Indonesia menjadi negara berkembang. Keempat ancaman itu yakni korupsi, kekerasan, perselisihan demokrasi dengan Islam, dan toleransi perbedaan. Lantaran itu, katanya, pemerintahan SBY harus tegas menghadapi ancaman tersebut.
Cameron tiba di kampus tersebut sekitar pukul 08.00 WIB dan disambut Rektor Universitas Al Azhar, Zuhal. Cameron lalu memasuki ruang aula dan menyapa peserta kuliah umum dengan ucapan Assalamualaikum.
Setelah memberikan kuliah umum, Cameron akan melanjutkan rangkaian agenda dalam kunjungannya di Indonesia. Cameron akan meninggalkan Indonesia melalui Bandara Halim Perdanakusuma sore nanti.
Inggris sendiri, termasuk negara yang memerangi negeri-negeri muslim dan memaksakan demokrasi bersama Amerika Serikat, belum lama ini Inggris mendapat ancaman dari Al Qaedah setelah Inggris merencanakan ekstradisi terhadap ulama mujahid kharismatik Syaikh Abu Qatadah al Filisthini Fakkallahu Asrah. (bilal/arrahmah.com)