BELANDA (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengundurkan diri pada hari Senin (23/4/2012) setelah partai sayap kanan menarik dukungannya untuk pemerintahannya, kata juru bicara pemerintah Belanda, dilansir CNN (24/4).
Langkah tersebut akan membuka jalan untuk pemilihan umum (pemilu) dini di Belanda, tambahnya.
Pengunduran diri datang setelah partai sayap kanan menarik diri dari pembicaraan tentang paket penghematan sebesar antara 10 hingga 16 milyar Euro pada hari Sabtu (21/4) untuk menyelamatkan ekonomi Belanda.
Sementara itu Ratu Beatrix meminta Rutte dan para menterinya untuk bertahan di posisi mereka hingga pemilu baru digelar.
Pemerintahan Rutte bergantung pada dukungan partai Kebebasan Geert Wilders, yang menjadi posisi ketiga di pamilu parlemen dua tahun lalu.
Tidak ada pihak yang cukup menang untuk memerintah sendiri pada tahun 2010, maka Rutte berkoalisi dengan pihak sayap kanan lainnya.
Tetapi aliansi itu tidak memimpin mayoritas di parlemen, sehingga mereka bergantung pada dukungan partai anti-Muslim pimpinan Wilders.
Partai Kebebasan tidak mengontrol setiap departemen pemerintah, tetapi persetujuan koalisi itu termasuk unsur-unsurnya dapat mendesak pemerintah seperti larangan cadar atau burka.
Partai Wilders menantang prediksi dengan mengambil 24 kursi di parlemen Belanda pada Juni 2010, dua kali lipat dari jumlah kursi yang dipegang sebelum pemungutan suara.
Wilders sendiri telah masuk dan keluar dari pengadilan selama bertahun-tahun, dia dituduh menghasut kebencian terhadap Muslim dengan film kontroversinya berjudul “Fitna” yang dirilis tahun 2008 yang menggambarkan bahwa Islam adalah ancaman bagi masyarakat Barat. (siraaj/arrahmah.com)