DHAKA (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, menyeru komunitas internasional untuk meningkatkan upaya mempercepat pemulangan para pengungsi Rohingya yang terkepung di Bangladesh.
Dia berbicara dalam sesi pengukuhan Pertemuan Komisi Global untuk Adaptasi (GCA) Dhaka di sebuah hotel di ibukota pada Rabu (10/7/2019).
Presiden Pulau Marshall, Dr Hilda Heine, ketua GCA, dan mantan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon; dan CEO Bank Dunia Kristalina Georgieva juga menghadiri acara peresmian pertemuan.
“Anda semua tahu, kami telah memberi perlindungan kepada 1,1 juta orang Rohingya yang diusir dari Myanmar di tanah kami di Cox’s Bazar. Pengungsian ini berada di lokasi yang sangat rentan. Kehadiran mereka membuatnya lebih rentan. Adalah tanggung jawab komunitas global untuk berbuat lebih banyak demi memastikan mereka kembali dengan cepat ke Myanmar serta menjaga mereka selama mereka tetap di Bangladesh,” papar Hasina.
GCA merupakan organisasi yang bekerja untuk mencegah dampak buruk perubahan iklim secara global. Perdana Menteri Bangladesh berbagi gagasan untuk menghadapi dampak perubahan iklim.
Dampak buruk perubahan iklim akan memengaruhi semua orang lebih cepat dari yang diperkirakan dunia, tutur Hasina. Jadi, investasi dalam adaptasi harus diprioritaskan segera di seluruh dunia, tambahnya.
“Di era sains, teknologi, inovasi, dan keuangan ini, kami memiliki peluang besar untuk mengatasi perubahan iklim. Namun, saya harus menyebutkan bahwa ada batasan untuk adaptasi. Jika tidak ada langkah-langkah mitigasi yang tepat, langkah-langkah adaptasi tidak dapat ditarik tanpa batas.”
Ia mendesak semua pihak untuk sadar dan melakukan tanggung jawab masing-masing untuk melawan dampak negatif dari perubahan iklim.
“Kami mengharapkan untuk mengambil keuntungan dari praktik adaptasi terbaik, solusi paling hemat biaya dan pengurangan risiko dengan bantuan Komisi Global untuk Adaptasi,” kata Hasina.
“Kami sangat menunggu untuk melihat rekomendasi dari laporan utama bulan September mendatang pada saat KTT perubahan iklim yang dipanggil oleh sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa di mana saya, atas nama Bangladesh dan Negara-negara Paling Kurang Berkembang (LDC), telah diundang untuk berbicara.”
“Bangladesh sebagai negara Adaptasi terkemuka yang layak memiliki Pusat Adaptasi Regional di sini. Saya ingin meminta untuk mempertimbangkan masalah ini,” kata perdana menteri.
“Perubahan iklim merupakan ancaman terbesar bagi generasi kita sekarang dan masa depan,” katanya, menambahkan bahwa suhu rata-rata telah mencapai sekitar 1 derajat Celcius dari tingkat pra-industri. Tahun-tahun, 2015 hingga 2018, adalah tahun terpanas dalam sejarah manusia.
Bangladesh akan kehilangan 2 persen dari PDB tahunannya, kata Hasina mengutip laporan iklim dan ekonomi ADB untuk Asia Selatan. Jika suhu terus meningkat pada kecepatan saat ini, 19 kabupaten pesisir di Bangladesh akan tenggelam secara permanen oleh kenaikan permukaan laut.
“Bukti menunjukkan bahwa Bangladesh sudah memiliki 6 juta migran musiman, jumlah yang bisa lebih dari dua kali lipat pada tahun 2050. Perubahan suhu, peningkatan frekuensi dan tingkat keparahan banjir, kekeringan, gelombang panas, badai dan gelombang badai, kenaikan permukaan laut, intrusi salinitas, adalah faktor-faktor yang mempengaruhi luas wilayah Bangladesh. Perubahan-perubahan ini secara serius mempengaruhi pertanian, tanaman, ternak, dan perikanan dan mengancam ketahanan pangan Bangladesh,” lanjutnya. (Althaf/arrahmah.com)