YERUSALEM (Arrahmah.com) – Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) memuji Qatar dan Aljazair karena menolak menormalkan hubungan dengan “Israel” sebelum pendudukan wilayah Palestina berakhir.
“Kami sangat menghargai penegasan dari negara persaudaraan Qatar tentang posisinya [terhadap perjuangan Palestina],” Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif PLO, Dr. Saeb Erekat, mengatakan di Twitter.
Erekat mentwit kembali pernyataan Kementerian Luar Negeri Qatar yang menegaskan posisi Doha yang menuntut diakhirinya pendudukan “Israel” dan pembentukan Negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibukotanya.
Pekan lalu, juru bicara kementerian luar negeri Qatar mengesampingkan menormalisasi hubungan negaranya dengan “Israel”, dengan mengatakan itu bukan jawaban untuk konflik “Israel”-Palestina.
“Kami tidak berpikir bahwa normalisasi adalah inti dari konflik ini dan karenanya tidak bisa menjadi jawabannya,” kata Lolwah Al-Khater dalam wawancara dengan Bloomberg pekan lalu.
Sementara itu, Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune menyesalkan segala bentuk normalisasi dengan “Israel” dan mengejek Bahrain dan UEA karena “berebut” untuk membangun hubungan dengan negara pendudukan.
“Kami telah melihat semacam kesulitan menuju normalisasi. Ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah kami ikuti, atau berkah,” kata Tebboune dalam jumpa pers yang disiarkan televisi.
Ini terjadi satu pekan setelah UEA dan Bahrain menandatangani kesepakatan normalisasi dengan “Israel” di Gedung Putih.
Abu Dhabi mengatakan kesepakatan itu adalah upaya untuk mencegah rencana aneksasi Tel Aviv atas Tepi Barat yang diduduki, namun, penentang percaya upaya normalisasi telah terjadi selama bertahun-tahun karena pejabat “Israel” telah melakukan kunjungan resmi ke UEA dan menghadiri konferensi di negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik atau lainnya dengan negara pendudukan.
Namun Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu membantah dengan mengatakan pencaplokan itu bukan tidak mungkin, tetapi hanya ditunda.
(fath/arrahmah.com)