JAKARTA (Arrahmah.id) – Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Aus Hidayat Nur mengaku prihatin dengan kebijakan Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi.
Menurutnya, apa yang dilakukan Pemerintah sangat tidak peka dengan yang dialami kebanyakan rakyat Indonesia.
“Pada saat Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, Saya sedang berada di Daerah Pemilihan, Balikpapan – Kalimantan Timur saat siang menjelang sore pukul 14.30 WIB (di Kaltim sudah pukul 15.30 WITA) Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sore harinya saya mampir ke sebuah warung makan di daerah Sepinggan, berjumpa para guru dan pembina pramuka, juga para Ketua RT. Semuanya sama, mengeluhkan kenaikan harga BBM,” kata Aus, Jumat (8/9/2022).
Apalagi, lanjutnya, dengan masyarakat pedalaman Kalimantan Timur yang aksesnya menggunakan transportasi air memerlukan bensin, tentu akan lebih semakin menderita.
“Padahal baru saja kita memperingati HUT ke-77 RI, dan pemerintah mengusung tema ‘Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat’. Kalau harga BBM hari ini dinaikkan, padahal baru saja keluar dari bulan kemerdekaan Agustus, tentu tema kemerdekaan itu tak lagi relevan. Bagaimana mau pulih lebih cepat, kalau hari ini ekonomi rakyat semakin terjepit dengan harga-harga yang perlahan melambung akibat naiknya harga BBM? Bagaimana kita akan bangkit lebih kuat, kalau hidup masyarakat semakin dipersulit?,” ujarnya.
Aus menyebut pemerintah sungguh tega dan tak mau mendengar suara rakyat.
“Kami di Fraksi PKS telah menyuarakan dengan lantang penolakan terhadap kenaikan harga BBM sedari awal. Bukan hanya menolak, kami pun menyampaikan kejanggalan kebijakan ekonomi pemerintah dan memberi masukan secara rasionalitas agar harga BBM tidak dinaikkan. Tapi pemerintah seakan tuli, tak mau mendengar aspirasi masyarakat yang memohon agar harga BBM tidak dinaikkan,”tegasnya,
Bagi masyarakat Kalimantan Timur, lanjut Aus, kenaikan harga BBM ini sesungguhnya lebih menyakitkan lagi. Pasalnya Kalimantan Timur merupakan wilayah penghasil BBM, maka akan sangat aneh bila harga BBM menjadi beban masyarakatnya.
“Sungguh miris, masyarakat di daerah yang kaya minyak bumi harus mengalami kenaikan aneka ragam harga terutama sembako karena naiknya harga BBM. Itu seperti tikus mati di lumbung padi,” pujar Aus.
Pemerintah, lanjutnya, kemudian mengatakan akan memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai). Itu hanya akal-akalan pemerintah.
“Kenaikan harga BBM sudah pasti akan berdampak pada kenaikan harga-harga barang lainnya. Sementara BLT belum tentu menjadi solusinya. Buat apa ada BLT, kalau pengeluaran masyarakat pun bertambah?Lagi pula, bukankah pengalaman sebelumnya, BLT rawan diselewengkan untuk kepentingan partai berkuasa? Bahkan sebelum kenaikan harga BBM diumumkan, pemerintah pun menggunakan data yang tidak akurat untuk menggantikan besaran subsidi dengan BLT. Jadi, ada maksud apa mengganti subsidi dengan BLT?,” ujar Aus mempertanyakan.
Intinya, imbuh Aus, harga BBM naik ini memiskinkan rakyat. Semakin banyak rakyat yang miskin, semakin mudah dibeli suaranya. Maka kekuasaan tirani bisa langgeng, dan rakyat miskin semakin miskin, bahkan semakin dimiskinkan.
“Penghapusan subsidi BBM ini sangat sistematis, dan ujungnya membuat rakyat semakin terjerat. Masih hangat diingatan kita, dahulu pemerintah memulai dengan pengurangan jumlah premium,” tukasnya.
Rakyat pun, lanjut Aus, dipaksa menerimanya dan memakluminya. Tapi rupanya pemakluman rakyat tersebut malah direspons oleh pemerintah dengan kebijakan berikutnya yaitu menghilangkan premium.
“Rakyat masih bersabar, namun ternyata pemerintah tak memiliki empati. Pemerintah justru kemudian hanya memberi opsi kepada rakyat, yaitu pertalite atau minyak yang lebih mahal lagi,” tandasnya.
Tak cukup sampai disitu, lanjut Aus, kini tiba-tiba pemerintah menaikkan harga BBM dengan harga yang lebih tinggi.
“Sesungguhnya apa yang ada di benak pemerintah terhadap rakyatnya ini? Kesejahteraan seperti apa yang sesungguhnya diinginkan oleh pemerintah ini? Pemerintah mestinya mengayomi rakyat, bukan justru menyengsarakan rakyat,” tanya Aus.
“Bersyukur partai tempat saya bernaung, Partai Keadilan Sejahtera, masih mendengar aspirasi rakyat. PKS akan terus bersama rakyat menolak kenaikan harga BBM,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.id)