JAKARTA (Arrahmah.com) – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sebelumnya sempat diprediksi tak lolos ke parlemen pada Pemilu 2019 ini, ternyata memberikan kejutan berdasarkan hitung cepat. Sedangkan PSI tumbang karena tidak mencapai ambang batas.
Ambang batas parlemen adalah 4% dari total suara sah nasional di pemilu legislatif, sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.
Lembaga Cyrus Network pernah memprediksi PKS tak lolos ambang batas itu, yakni lewat hasil survei mereka yang dilakukan pada 27-3 April 2018 lalu. Selain PKS, ada partai-partai lain yang mereka prediksi tak lolos ambang batas parlemen, yakni NasDem, Hanura, dan PSI.
Berdasarkan setidaknya di 3 hasil quick count yaitu dari Litbang Kompas, Indo Barometer, dan LSI Denny JA, PKS meraih suara di atas 8%. Posisinya antara di urutan kelima, keempat, atau keenam. Perolehan suara hasil quick count PKS ini juga lebih besar dari perolehan suara Pileg 2014 silam yaitu 6,79%.
Ketua Bidang Humas DPP PKS Ledia Hanifa Amaliah mengaku bersyukur atas capaian ini, dia menyebutnya sebagai hasil hitung riil (real count) Pileg 2019. PKS bahkan memproyeksikan perolehan dua digit dan akan melampaui perolehan di Pemil 2014, 2009, dan 2004.
“PKS konsisten mengusung politik gagasan, seperti bebas pajak sepeda motor dan SIM seumur hidup. PKS juga serius menggarap milenials dengan membuat film 8 Stories dan program-program edukatif dan kreatif lainnya seperti Flashmob dan Freez Mob,” kata Ledia dalam keterangan persnya.
Sementara itu, PSI berdasarkan hasil hitung cepat atau “quick count” hanya mendapatkan dua persen suara.
“Menurut “quick count”, PSI hanya mendapat suara dua persen. Dengan perolehan itu PSI tidak akan berada di Senayan lima tahun ke depan,” kata Ketua Umum PSI, Grace Natalie, dalam siaran persnya, di Jakarta, Rabu (17/4/2019) malam.
Sambil menunggu “real count” sebagai standard konstitusional, Grace mengaku sudah bisa mengambil kesimpulan mengenai hasil pemilu kali ini, dimana PSI hanya mendapat dua persen.
(ameera/arrahmah.com)