(Arrahmah.id) – Piri Reis telah lama dianggap sebagai sebuah anomali dalam dunia kartografi. Apa yang membuat Piri Reis begitu penting adalah peta yang digambar pada 1513 ini menampilkan informasi mengenai bentuk benua yang melebihi pengetahuan yang tersedia saat itu. Meskipun beberapa peta sudah ada dari abad ke-16 dan sebelumnya, Piri Reis menonjol karena sumber informasi yang dikaitkan, serta detail luar biasa dari berbagai garis pantai yang digambarkan dalam peta.
Peta ini telah memikat sekaligus membingungkan para ilmuwan selama bertahun-tahun. Rinciannya tampaknya akurat, dari benua Amerika Utara dan Selatan yang baru ditemukan, serta garis-garis yang diplot memberi kesan bahwa peta ini dibuat oleh seorang kartografer yang lebih maju dari zamannya. Tidak hanya itu, Piri Reis juga menggambarkan Antartika, yang menurut sebagian besar sejarawan tidak ditemukan oleh orang Eropa hingga tahun 1820.
Piri Reis ditemukan oleh direktur museum Turki bernama Halil Ethem pada 1929 di Istanbul. Ethem menemukan peta tersebut selama renovasi dan konversi Istana Topkapi menjadi museum. Piri Reis dilukis di atas perkamen yang terbuat dari kulit kijang dan bertanggal 919 H, bertepatan dengan 1513 M. Peta ini juga ditandatangani oleh Piri Ibnu Haji Memmed (Piri Reis), seorang laksamana masyhur Turki yang sangat mencintai dunia kartografi, yang kemudian diambil sebagai nama peta fenomenal ini. Sebuah catatan tulisan tangan yang ditemukan bersamaan dengan peta menjelaskan bahwa peta ini merupakan kompilasi dari sekitar 20 peta berbeda yang telah dibuat pada masa Alexander Agung. Satu nama yang menarik muncul pada catatan pinggir di peta, yang berbunyi: “Pesisir dan pulau-pulau di peta ini diambil dari peta Colombo.” Colombo, menurut dugaan Ethem adalah Christopher Columbus.
Pengumuman penemuan peta itu langsung menggelitik minat para sejarawan. Beberapa bahkan berharap itu bisa memberi petunjuk tentang keberadaan peta hilang yang dibuat oleh Christopher Columbus sendiri selama perjalanannya ke Karibia.
Kehebohan yang tercipta oleh penemuan ini sangat monumental. Tidak hanya para cendekiawan yang tergetar, seluruh bangsa Turki pun bergembira pada saat itu. Bagi negara yang baru terbentuk setelah Perang Dunia 1, peta tersebut merupakan bukti bahwa Turki pernah menjadi penguasa laut, mampu mencapai dunia baru bersama dengan kekuatan besar Eropa lainnya. Saking gembiranya, gambar peta ditempatkan di belakang lira, uang kertas Turki.
Peta Piri Reis hanya sekitar sepertiga dari peta asli yang bertahan. Bagian yang ada menggambarkan Eropa, Afrika, dan dua benua Amerika. Salah satu peneliti peta Piri Reis adalah seorang ahli geografi dan sejarawan bernama Charles H. Hapgood. Dia menerbitkan sebuah buku populer pada 1966 berjudul Maps of the Ancient Sea Kings yang memberikan informasi teknis dan terperinci mengenai sejarah peta anomali ini dan korelasinya dengan geografi saat itu. Hapgood menggunakan disiplin matematika seperti trigonometri bola untuk menunjukkan hubungan antara fitur tertentu di dalam peta dan lokasi geografis aktual yang sesuai.
Banyak ahli berpendapat bahwa meskipun penelitian geografi Hapgood akurat, kesimpulan yang diperolehnya agak sensasional. Hapgood berpendapat bahwa beberapa jenis peradaban kuno yang memiliki keterampilan pelayaran dan kartografi tingkat lanjut benar-benar menyurvei bumi dan membuat peta berdasarkan pengetahuan langsung yang mereka dapatkan. Peta-peta ini kemudian disalin dengan tangan dan diturunkan dari generasi ke generasi. Peta Piri Reis umumnya dikenal sebagai kombinasi dari beberapa peta sumber menjadi satu, dengan area penting seperti Drake Passage (saluran air antara ujung selatan Amerika Selatan dan Semenanjung Antartika) yang memiliki celah yang tidak proporsional. Hal ini sebagian besar telah dijelaskan oleh sulitnya mencoba membangun satu peta dari kumpulan peta sumber yang lebih besar tanpa memiliki area yang tumpang tindih.
Setelah menerbitkan Maps of the Ancient Kings serta buku berikutnya yang berjudul The Earth’s Shifting Crust yang membahas teori pergeseran kutub, Hapgood menjadi sasaran ejekan dan cemoohan di kalangan komunitas akademisi. Yang cukup menarik, bukti yang lebih baru telah muncul yang tampaknya mengonfirmasi banyak pernyataan Hapgood. Peta Piri Reis telah menjadi komponen penting dalam kumpulan bukti substansial yang mendukung peradaban tak dikenal yang mungkin telah mendahului Zaman Es Antartika. Salah satu aspek yang paling mencolok dari peta Piri Reis adalah penggambaran rinci tentang pantai dan interior benua Amerika Selatan. Ada beberapa masalah kecil dengan skala, tetapi peta tersebut menampilkan barisan pegunungan yang luas yang bertindak sebagai sumber dari berbagai sungai yang mengalir menuju pantai Amerika Selatan.
Bahkan di zaman modern, para peneliti belum dapat memastikan garis pantai Antartika tanpa bantuan data yang bersifat seismik karena banyaknya es yang menutupi benua dingin itu. Orang-orang yang skeptis telah kesulitan untuk memberikan penjelasan tentang bagaimana peta Piri Reis dapat secara akurat mewakili garis pantai Antartika tanpa bantuan alat penelitian teknologi modern. Fakta bahwa informasi ini muncul sebagai peta kuno menyiratkan bahwa Antartika, seperti yang kita kenal sekarang, mungkin merupakan tempat yang sangat berbeda di zaman kuno, mungkin tempat yang sebelumnya memiliki iklim sedang, kering tanpa es sama sekali sebagaimana yang tergambar dalam Piri Reis. Tidak ada penjelasan yang masuk akal tentang bagaimana para kartografer kuno ini dapat menyurvei dan menggambarkan informasi geografis ini kecuali bahwa itu didasarkan pada pengetahuan yang mereka dapatkan dengan datang secara langsung ke wilayah tersebut.
Ada banyak pertanyaan yang masih tersisa tentang peta Piri Reis. Masih ada misteri yang belum terpecahkan dan peta ini akan terus membingungkan dan memikat mereka yang mencoba mempelajari garis-garisnya yang menakjubkan. (ZarahAmala/Arrahmah.id)