Seorang pemuda Kristen memutuskan untuk menghadiri sebuah acara Islami bertema “Pertemuan Perdamaian”, setelah dia diajak oleh temannya. Dalam sesi tanya-jawab, dia memperkenalkan dirinya sebagai Gabriel.
Gabriel mengaku tertarik setelah melihat di brosur acara itu tertulis bahwa sang pembicara, Syaikh Yusuf Estes, yang merupakan seorang mantan pendeta dibesarkan sebagai Kristen yang kuat, belajar di Texas, AS, dia pernah sangat berhasil dalam pertunjukkan musik dan TV, serta merupakan pemandu musik gereja dan penginjil.
Tulisan dalam brosur itu membuatnya tertarik menghadiri acara yang didominasi oleh hadirin kaum Muslimin tersebut. Dia pun menyampaikan maksud kedatangannya di hadapan hadirin dan Syaikh Yusuf di depan panggung.
Dia berkata, “Yang ingin saya tanyakan, sebagai penginjil, kebenaran apa yang Anda temukan dalam Islam, sehingga meninggalkan Kristen dan peran Anda sebagai penginjil?”
Syaikh Yusuf yang sedari tadi mendengarkan penjelasannya mulai menjawabnya, “Pertanyaan yang bagus!” katanya.
Syaikh Yusuf pun menyapanya terlebih dahulu dengan mengatakan bahwa nama Gabriel dalam bahasa Arab adalah Jibril, nama malaikat. “Kami sangat senang Anda hadir di sini, juga senang mendengar pertanyaan Anda yang diajukan dengan sangat sopan.”
Syaikh Yusuf mengatakan bahwa saat dia masih seorang Kristen, dirinya tak sesopan Gabriel. Dia mengaku kasar yang merasa kuat sebagai seorang penyampai pesan Injil.
Syaikh Yusuf kemudian mulai menjawab rasa penasaran pemuda Kristen itu dengan menyampaikan, “Apa yang saya temukan, pertama, ada dalam Injil saya. Saya dulu biasa mengadakan perjalanan dengan para ‘pengkhotbah Kristen’. Sebagian dari mereka tidak mewakili Kristen yang sesungguhnya. Saya menemukan bahwa saya tidak dapat mempercayai mereka. Terutama ketika mereka mengangkat Injil dan mengatakan bahwa menurut Injil begini… menurut Injil begitu… Lalu di belakang saya sanggah, Injil tidak mengatakan begitu. Kata mereka, ‘Tidak apa-apa, asalkan orang percaya.’ Itu sangat merisaukan saya. Karena itulah, saya mulai mendalami banyak terjemahan Injil. Tetapi semuanya tidak saling cocok.”
Setelah itu Syaikh Yusuf menjelaskan bahwa dia pun kemudian menemukan sesuatu yang luar biasa. Dia mengungkap kebenaran demi kebenaran yang diperolehnya terutama kepada Gabriel. Gabriel dan para hadirin yang mendengarkan penjelasannya dengan seksama pun terpaku dibuatnya. Hingga akhirnya semua yang dia sampaikan mampu menyentuh dan menyadarkan hati dan pikiran Gabriel.
Gabriel lalu mengiyakan ketika ditanya bahwa selama ini dirinya berdoa dalam hati memohon bimbingan Tuhan. Syaikh Yusuf mengetahui hal itu karena dia telah mengalami hal semacam ini berulang-ulang dan dia telah menyaksikan ribuan orang seperti Gabriel akhirnya memeluk Islam.
Bahwa mereka mencari kebenaran, bukan mencari Islam ataupun Al-Qur’an. Mereka hanya mencari kebenaran sejati dan karena hanya ada satu Allah dan hanya satu jalan menuju Allah, yaitu jalan yang dikehendaki-Nya, Islam.
Video berdurasi 29 menit 6 detik ini hanyalah salah satu dokumentasi kedahsyatan hidayah Allah yang tersampaikan kepada orang banyak melalui dakwahnya.
Syaikh Yusuf menegaskan bahwa satu hal yang Allah inginkan darinya hanyalah sesuatu yang sederhana, yaitu hatinya, menyerahkan hati kepada Allah dan semuanya akan beres dengan lima hal yang harus ada secara bersamaan; penyerahan diri, pengabdian, kepatuhan, ketulusan, dan damai.
“Anda mau kelimanya dalam hidup?” tanya Syaikh. “Ya, Pak,” jawab Gabriel. “Saya juga, semua orang yang ada dalam ruangan ini juga begitu.”
Pintu hidayah pun terbuka untuk Gabriel. Momen berikutnya benar-benar membahagiakan sekaligus mengharukan, Gabriel memutuskan bahwa dia menginginkan kelimanya, di mana kelimanya itu dalam bahasa Arab dikenal sebagai: Islam. Gabriel, dengan dibimbing oleh Syaikh yang kemudian berjalan menghampirinya, pun mengucap dua kalimat syahadat dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab.
Lalu Syaikh memeluk erat Gabriel yang meneteskan air mata bahagia selepas bersyahadat. Langkah itu diikuti oleh beberapa ikhwan Muslim lainnya yang tampak begitu terharu dan ingin menyampaikan selamat dan doa untuknya.
Ternyata kebahagiaan itu tak hanya berhenti sampai di situ, langkah besar Gabriel kemudian diikuti pula oleh beberapa saudari non-Muslim yang juga hadir dan mendengarkan penjelasan Syaikh Yusuf di sana. Mereka pun memutuskan untuk turut bersayahat, bersaksi bahwa tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah Yang Esa dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya.
(banan/arrahmah.com)