SOLO (Arrahmah.com) –Tragedi penyerangan terhadap Satgas Majelis Tafsir Al Qur’an (MTA) pada hari Sabtu 14/7/2012 di Desa Kamolan, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah yang seakan-akan tidak terendus oleh media massa, akhirnya kronologi kejadian yang sebenarnya diangkat melalui konferensi pers oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Surakarta.
Konferensi Pers tersebut dilangsungkan bertepatan acara buka puasa bersama MUI Solo bareng tokoh-tokoh masyarakat, para alim ulama, awak media dan aparat penegak hukum di Gallery Resto depan masjid Tegalsari Solo, senin 23/7/2012.
Mencermati kronologis kejadian dan berdasarkan keterangan-keterangan para saksi dan korban, Ustadz Drs. Ahmad Sukina selaku pimpinan MTA Pusat menjelaskan bahwa kelompok yang mengaku warga sebenarnya bukan warga setempat. Hal ini di ketahui berdasarkan kesaksian warga setempat beserta Hansip yang turut membantu berdirinya panggung pengajian tersebut.
Mubaligh yang akrab disapa Ustadz Sukina mensinyalir adanya indikasi pembiaran oleh kepolisian dalam tragedi serangan tersebut.
“Massa yang mengaku warga setempat datang dari berbagai arah dengan jumlah yang besar, dan menghujani satgas dengan batu, ada juga yang terkena senjata tajam padahal disana ada DALMAS (penjagaan polisi). Tenda yang kami dirikan juga dirobohkan dan dibakar, mobil-mobil dirusak”, ungkap Ustadz Sukina.
Padahal menurutnya, peristiwa tersebut berlangsung dalam waktu yang tidak singkat, tentunya jika dilakukan antisipasi dan evakusi tentu tidak akan jatuh banyak korban. Selain itu, Ustadz Sukina menuturkan bahwa ketika berlangsung peristiwa naas tersebut, beberapa mobil MTA dihadang dalam perjalanan menuju lokasi kejadian dengan alasan keselamatan. Pihaknya pun diminta untuk mengkondisikan para Satgas dan warga MTA untuk tidak melakukan perlawanan.
“Kami dihimbau untuk tidak membalas serangan, dan kami pun diam tidak membalas serangan kelompok massa tersebut”, ujar Dia dengan nada kesal.
Sementara itu Kapoltabes Surakarta, Kombes Pol. Asjima’in yang juga turut hadir dalam acara buka puasa bersama tersebut menjelaskan bahwa setelah mendapat informasi atas kejadian tersebut, pihaknya lantas membangun komunikasi dengan Kapolres Blora. Pihaknya juga menyatakan tidak ada pembiaran dalam peristiwa tersebut.
“Pembiaran itu tidak ada”, kilahnya dalam jumpa pers itu.
Sementara itu, hingga kini belum ada satupun diantara pelaku yang dinyatakan sebagai tersangka. Hal ini mengindikasikan lemahnya penegakan hukum dan kinerja kepolisian yang buruk dan mengecewakan. Tentu saja hal tersebut tidak sesuai dengan slogan polisi yang sering ditampilkan dan digembar-gemborkan yaitu melindungi dan mengayomi masyarakat.
Konferensi pers digelar dilatarbelakangi atas keprihatinan MUI Solo tentang kehidupan umat dan toleransi atas perbedaan faham yang semakin kurang terjamin. Pasalnya pengajian umum atau tabligh akbar MTA yang hendak dilaksanakan dalam rangka mengukuhkan pengurus MTA di Blora, diserang oleh sekelompok massa mengatasnamakan dirinya warga Blora.
Sebagaimana diberitakan, Penyerangan yang dilakukan secara membabi buta tersebut mengakibatkan 8 orang satgas MTA mengalami luka-luka dan harus dilarikan kerumah sakit. Selain itu, akibat penyerangan tersebut 7 mobil yang di gunakan oleh MTA menjadi sasaran pengrusakan kelompok massa. Tidak hanya itu saja, panggung pengajian yang baru didirikan pun di robohkan hingga kemudian di bakar oleh kelompok masa tersebut. (bilal/FAI/arrahmah.com)