KAIRO (Arrahmah.com) – Kepala politik Hams, Ismail Haniya, telah meninggalkan Gaza pada Ahad (3/2/2019) ke Kairo sebagai bagian dari delegasi tingkat tinggi untuk mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Mesir tentang perkembangan di Palestina, ujar pernyataan Hamas.
Pejabat dari kantor politik Jihad Islam, kelompok Palestina lainnya, termasuk dalam delegasi tersebut, lansir Al Jazeera.
Delegasi telah menerima undangan dari Mesir, yang berusaha untuk menengahi “gencatan senjata” antara faksi-faksi Palestina dan “Israel”.
Juru bicara Hamas Khalil Al-Hayya mengatakan diskusi akan membahas berbagai masalah penting dengan Mesir.
Hamas memerintah Jalur Gaza, daerah pesisir pantai yang berpenduduk padat yang berbagi perbatasan dengan Mesir, dan telah berperang sebanyak tiga kali sejak 2008 dengan “Israel”. Jalur Gaza telah diblokade oleh “Israel” dan Mesir sejak 2007.
Laporan-laporan media mengatakan pembicaraan juga akan mencakup perincian “gencatan senjata” abadi dengan “Israel” sebagai imbalan atas dibukanya perbatasan Rafah dengan Mesir, satu-satunya titik keluar bagi dua juta penduduk Gaza.
Penyeberangan Rafah dibuka secara singkat pekan lalu selama tiga hari setelah Otoritas Palestina (PA) menarik stafnya dari penyeberangan tersebut dan menuduh Hamas telah “menangkap dan menyiksa” staf mereka bulan lalu.
PA yang berbasis di Ramallah, Tepi Barat, telah mengambil alih penyeberangan Rafah pada November 2017 sebagai bagian dari kesepakatan rekonsiliasi yang ditengahi Mesir. Pada saat itu, Hamas mengatakan keputusan itu adalah bagian dari kebijakan PA untuk memperkuat blokadi di Gaza.
Kesepakatan itu telah runtuh dan hubungan antara kedua pihak memburuk. (haninmazaya/arrahmah.com)