JAKARTA (Arrahmah.com) – Banyak cara dilakukan oleh elemen umat Islam di negeri ini dalam menolak kehadiran kontes maksiyat Miss World di Indonesia. Ada Fatwa Ulama, unjuk rasa, maklumat perang , tekanan politik dan massa dan ada juga yang mengirim surat terbuka kepada pejabat negara.
Penolakan akan pagelaran Miss World dari Koordinator Wilayah PII Wati Pelajar Islam Indonesia (PII) Jawa Tengah, diwujudkan dengan menyurati secara terbuka Ibu Negara Ani Yudhoyono dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari.
Koordinator Wilayah PII Wati Jawa Tengah Nurul Huda Zaen mengatakan keberlangsungan Miss World justru telah memperbudak kaum perempuan dengan predikat cantik, karena menurutnya cantik memiliki makna yang relatif di setiap negara.
“Bagaimanapun Miss World tidak bisa dilepaskan dari dua kata yakni ‘cantik’ dan ‘uang’. Cantik memiliki makna yang relatif di setiap negara. Ketika dipaksakan, kaum hawa bisa diperbudak oleh predikat cantik yang sangat sempit. Sehingga mereka tak sadar bahwa selama ini mereka telah dieksploitasi” kata Huda Selasa (3/9).
Dalam suratnya PII Wati Jawa Tengah meminta kepada Ibu Negara untuk untuk menolak kontes ratu sejagat tersebut, sehingga tidak berdampak negatif terhadap pendidikan dan kebudayaan putri-putri di bumi pertiwi.
Rencananya, Surat tersebut akan dikirimkan melalui Pos dan email yang di alamatkan ke Istana merdeka dan Kantor kementrian Pemberdayaan dan perlindungan Anak di Jakarta, Rabu (4/9/2013).
Dalam salah satu bagian isi suratnya PII Wati menulis:
“Miris rasa-rasanya ketika putri-putri lugu bumi pertiwi harus disuguhkan sosok wanita tanpa kain yang cukup, kemudian hadir di etalase tanpa kaca. Jika itu berupa makanan, barangkali sudah berapa banyak lalat yang hinggap? Lalat yang menggosok-gosokkan tangannya untuk berbagi kotoran diatas makanan yang dihinggapi. Masih kah ada yang mau melirik makanan di etalase tanpa kaca? Celakanya, etalase itu diletakkan di semua tempat, di seluruh dunia. Apa yang hendak dunia dengungkan tentang bumi pertiwi ini?”
Berikut adalah surat terbuka dari hati para perempuan di PII Wati Jateng untuk hati perempuan Ibu Negara dan Menteri PPPA RI yang diterima redaksi arrahmah.com Selasa (3/9/2013).
Surat Terbuka PII Wati Jateng Teruntuk Ibu Negara dan Menteri PPPA RI Tentang Putri di Bumi Pertiwi
Teruntuk Ibu Ani Yudhoyono dan Ibu Linda Amalia Sari
Di Bumi Pertiwi
Tentang Putri Bumi Pertiwi
Anggun sekali. Indah dipanggil dengan sebutan “Ratu Sejagat”, seakan ada magnet yang menarik kuat. Nampak seperti gelar tinggi nan agung jika didengar telinga. Wanita mana yang tak ingin dipuja karena hal itu? Penjuru dunia menyorot tajam dirinya, atas gelar yang disandang. Demi hal itu, dibutuhkan fase mempertontonkan diri pada challenge events berupa : fashion pantai, kecantikan sosial, keolahragaan, kompetisi bakat, top model, dan design fashion dunia. Lihatlah sudah, semuanya adalah bentuk meng-kuliti, sampai kedalam-dalam. Membukai tabir-tabir yang seharusnya ditutup. Menghapus malu wanita timur yang senantiasa tercitra penjagaan dirinya dengan baik. Oh, malangnya sungguh malang. Iya kah gelar itu masih terlihat baik? Tanpa sadar semua itu menjadikan wanita sebagai barang yang diperjualbelikan. Lantas, dengan harga berapa telah terjual? Apakah ada untung atau buntung? Uang yang didapat atau harga diri yang “sekarat”?
Aduh! Miris rasa-rasanya ketika putri-putri lugu bumi pertiwi harus disuguhkan sosok wanita tanpa kain yang cukup, kemudian hadir di etalase tanpa kaca. Jika itu berupa makanan, barangkali sudah berapa banyak lalat yang hinggap? Lalat yang menggosok-gosokkan tangannya untuk berbagi kotoran diatas makanan yang dihinggapi. Masih kah ada yang mau melirik makanan di etalase tanpa kaca? Celakanya, etalase itu diletakkan di semua tempat, di seluruh dunia. Apa yang hendak dunia dengungkan tentang bumi pertiwi ini?
Ibu Ani Yudhoyono dan Ibu Linda Amalia Sari mohon dengarkanlah sejenak, kami hanya putri bumi pertiwi yang bukan apa-apa, hendak mengatakan saja “bukankah pada akhirnya wanita akan menjadi pendidik pertama yang memberikan nilai-nilai kebudayaan baik untuk anaknya?” Apa pula yang harus kami katakan kepada anak-anak saya nanti, tentang bumi pertiwi tercinta ini, jika yang dipertontonkan adalah hal-hal yang membuka tubuh dari busana? Apakah itu layak kami tanamkan untuk pendidikan anak perempuan? Sungguh, kami sulit untuk menjelaskan dengan kalimat yang pas kepada anak-anak kami nanti.
Ibu Ani Yudhoyono dan Ibu Linda Amalia Sari, tentang “Ratu Sejagat” itu, apakah kami juga harus kabarkan kepada pelajar-pelajar putri? Mereka sedang asyik belajar tentang jati diri seorang remaja. Mereka mencari-cari sosok idola sebagai panutan hidup masa depan. Betapa mereka terlihat sangat giat belajar dan bekerja keras demi cita-cita. Apakah harus mereka tahu bahwa cantik (hal yang mereka inginkan) adalah tentang tubuh indah untuk dipamerkan? Bagaimana ini?
Meski demikian, kami bersama dengan putri-putri bumi pertiwi lainnya yang masih peduli dengan ketinggian harkat dan martabat wanita, sangat yakin. Bahwa Ibu Ani Yudhoyono dan Ibu Linda Amalia Sari mencintai putri-putri dan wanita-wanita Indonesia dengan sangat tinggi. Maka, berikanlah rasa cinta itu dalam bentuk yang sebaik-baiknya cinta. Dan kami rasa selama ini, cinta yang hakiki bukanlah tentang materi, melainkan kebahagiaan hakiki teruntuk orang yang dicintai. Besar harapan kami kepada Ibu Ani Yudhoyono dan Ibu Linda Amalia Sari untuk menolak kontes “Ratu Sejagat” itu, sehingga tidak berdampak negatif terhadap pendidikan dan kebudayaan putri-putri di bumi pertiwi.
Semarang, 03 September 2013
Dari Putri Bumi Pertiwi
Nurul Huda Zaen
Ketua Koorwil Korps PII Wati Jateng Periode 2013-2015
(azmuttaqin/arrahmah.com)