LIBYA (Arrahmah.com) – Amir Ansharus Syariah Libya, Syaikh Muhammad Az-Zahawi, telah syahid, in syaa Allah, setelah bertahan dari luka yang ia derita sejak berperang melawan pasukan pro pemerintah, Khalifa Haftar, beberapa bulan yang lalu.
Pihak keluarga Syaikh Az-Zahawi telah mengonfirmasi berita tersebut, lansir Al-Jazeera pada Jum’at (23/1/2015).
Syaikh Az-Zahawi yang mendirikan Jamaah Ansarus Syariah di Benghazi setelah berperan serta dalam menggulingkan Muammar Gaddafi pada tahun 2011, telah berada di rumah sakit sejak terluka pada bulan September, ungkap anggota keluarganya kepada kantor berita Reuters.
Salibis AS menyalahkan Ansarus Syariah atas serangan terhadap kedutaan besar AS di Benghazi pada tahun 2012 yang menewaskan duta besar AS dan tiga warga Amerika lainnya.
Fadhl Al-Hassi, seorang komandan militer Libya, mengatakan Syaikh Az-Zahawi meninggal akibat dari luka-luka yang ia dapatkan dalam serangan pada September tahun lalu. “Saya melihat sendiri bagaimana ia mengalami cedera di dalam mobilnya,” ujarnya.
Kabar syahidnya Syaikh Az-Zahawi sebelumnya telah mengundang banyak spekulasi selama berbulan-bulan setelah ia menghilang dari pandangan publik. Namun demikian, sejauh ini masih belum ada pernyataan resmi dari Ansarus Syariah Libya mengenai kesyahidannya.
Pada Mei tahun lalu, Mantan Mayor Jendral Libya yang didukung Barat dan Mesir mengumumkan perang terhadap mereka yang bergabung dengan Mujahidin Anshar Syariah di Libya dan sesumbar akan menghabisi mereka dari wilayah pelabuhan hingga Benghazi.
Namun pada kenyataannya, Khalifa Haftar kewalahan menghadapi Mujahidin Benghazi, yang tergabung dalam sebuah kesatuan Dewan Syura Revolusi Benghazi, dan akhirnya mencari bantuan serta bergabung dengan pasukan tentara reguler dan milisi di daerah pelabuhan serta distrik lain di timur kota.
Pertempuran melawan pasukan Haftar masih berlangsung di Benghazi pasca tumbangnya Ghaddafi. Pihak Anshar Syariah Libya bersama mujahidin lainnya kini tengah berjuang untuk mengambil kendali Libya.
Libya memiliki dua pemerintahan dan parlemen yang saling bersaing. Perdana Menteri Abdullah At-Thinni yang didukung Barat telah dipaksa mengungsi ke luar timur sejak faksi mujahidin yang tergabung dalam DSRB berhasil merebut Tripoli pada bulan Agustus.
(banan/arrahmah.com)