ONTARIO (Arrahmah.com) – Petugas polisi Kanada yang menembak mati seorang pria Muslim berusia 62 tahun di Ontario belum dijadikan tersangka oleh pihak kepolisian, ungkap media setempat pada Selasa (6/4/2021).
Pada Juni lalu, Ejaz Ahmed Choudry ditembak dua kali di bagian dada oleh polisi ketika dia berada dalam “keadaan genting”, seperti yang dijelaskan oleh Polisi Sarah Patten. Namun, Direktur Unit Investigasi Khusus (SIU) Joseph Martino memutuskan bahwa petugas yang melepaskan tembakan itu bertindak wajar, CBC News melaporkan pada Selasa (6/4).
Martino mengatakan, ayah empat anak yang berasal dari Pakistan itu membawa pisau dapur berukuran 20 cm (7,9 inci) ketika polisi tiba di lokasi kejadian dan meneriakinya untuk menjatuhkan senjata dalam bahasa Inggris.
Petugas di tempat kejadian mengira pria itu, yang menderita skizofrenia tetapi tidak menjalani pengobatan, berisiko melukai diri sendiri, kata Martino. Dengan alasan bahwa Choudry tidak memahami bahasa Inggris dengan baik, pengacara keluarganya mengatakan kepada CBC bahwa keluarganya “sangat kecewa” dengan keputusan tersebut.
“Ejaz tidak melakukan kejahatan. Dia tidak pantas menerima semua ini,” kata pengacara itu, menambahkan dia tewas hanya beberapa detik setelah polisi memasuki apartemen.
Setelah dia dibunuh oleh petugas polisi, keluarga dan aktivis Choudry turun ke jalan untuk menuntut keadilan. Keponakannya Muhammed Choudry mengatakan bahwa pamannya “tidak berbahaya”.
“Dia bahkan tidak bisa berjalan tiga hingga empat langkah,” katanya. “Kamu mengatakan padaku bahwa seorang pria berusia 62 tahun yang awalnya hampir tidak bisa bernapas akan lari dan menyerangmu?”
Muhammed mengatakan kepada wartawan bahwa mereka bertanya kepada polisi apakah mereka dapat pergi dan berbicara dengan korban karena dia tidak mengerti bahasa Inggris dan takut pada polisi pada saat itu.
“Biarkan saya naik ke atas, biarkan ayah saya naik, biarkan saudara laki-laki saya naik ke atas,” katanya kepada polisi saat itu. “Karena kita pernah melakukan ini sebelumnya di mana dia mendengarkan. Dia mendengarkan kita.”
Saat itu, keponakan lain korban, Khizar Shahzad, mengatakan bahwa polisi sedang berusaha mendobrak pintu dan dia memohon agar mereka tidak menyakiti pamannya. “Dia sangat lemah sehingga bahkan satu pukulan yang saya takuti akan membunuhnya,” katanya. Saat itu terjadi, petugas masuk dari balkon dan menembak pamannya, tambahnya.
Sebuah video yang direkam pada saat kejadian menunjukkan petugas polisi memasuki apartemen almarhum di lantai dua dari balkon dan melepaskan tembakan segera setelah membuka pintu. Insiden itu menyebabkan keributan di antara komunitas Muslim dan Pakistan di kota itu. (rafa/arrahmah.com)