KABUL (Arrahmah.com) – Dalam serangkaian wawancara dengan media AS pada minggu ini, Jenderal David Petraeus, komandan terbaru AS di Afghanistan, menunjukkan bahwa ia tidak akan menarik mundur pasukannya pada Juli 2011 mendatang, meskipun itu adalah batas waktu yang telah ditetapkan oleh Presiden AS, Barack Obama.
Ia diwawancarai oleh New York Times, Washington Post dan beberapa jaringan televisi lokal di ibukota Afghan, Kabul serta memperpanjang program di televisi NBC “Meet the Press” pada Minggu pagi.
Setiap wawancara ia berbicara dengan menyampaikan poin yang sama. Petraeus mengklaim “kemajuan” dalam perang di Afghanistan, memuji militer Afghan dan pemerintahan yang dipimpin Hamid Karzai dan menegaskan bahwa kehadiran pasukan AS di Afghanistan akan disesuaikan dengan “kondisi”.
Dalam pembicaraan lain, Petraeus ditantang mengenai tujuan pendudukan AS di Afghanistan atau diinta untuk menjelaskan laporan yang dikeluarkan Wikileaks yang memperlihatkan kekejaman militer AS di negeri Muslim tersebut. Sebaliknya dalam setiap kasus, ia selalu menekankan jaminan bahwa strategi militer adalah hal yang tepat untuk mencapai “kemenangan”.
Mengacu kepada ketakutan yang disuarakan kongres Demokrat bahwa AS kemungkinan akan kehilangan perang Afghan, Petraeus dalam wawancaranya mengklaim bahwa ia ingin menunjukkan kepada orang-orang di Washington bahwa progres telah dibangun dan sejauh ini kemajuan telah terbentuk.
Saat ditanya tentang batas kehadiran pasukan AS di Afghanistan yang telah ditetapkan Barack Obama, Petraeus dengan penuh percaya diri mengatakan bahwa kehadiran pasukan AS tidak dapat ditentukan dan tidak dapat diukur dengan waktu. Ia bahkan merekomendasikan untuk menambah jumlah pasukan.
Petraeus sepertinya menutup mata atas fakta yang terjadi di lapangan, dimana setiap harinya serangan mematikan selalu ditujukan untuk tentara pendudukan AS dan sekutunya yang menewaskan puluhan tentara mereka. Petraeus juga seperti menutup telinga atas suara-suara sekutu mereka yang mulai jenuh dengan perang Afghan dan memutuskan untuk menarik pasukannya dari Afghanistan, karena mereka tidak ingin tentaranya terus berjatuhan di Afghanistan.
Petraeus bahkan mengadopsi taktik yang ia gunakan di Irak, ia membentuk sebuah kelompok militan bayaran yang diambil dari penduduk lokal untuk memerangi Mujahidin. Lagi-lagi Petraeus tidak belajar dari fakta dilapangan, bahwa penduduk Afghan mayoritas berdiri di sisi Mujahidin dan mendukung Mujahidin. Penduduk lokal tidak ingin dibodohi oleh negara Barat. Penduduk lokal sangat marah atas jatuhnya korban dari kalangan sipil yang terus meningkat akibat ulah brutal tentara pendudukan yang bercokol di Afghanistan. Sampai sejauh mana Petraeus berani menabuh genderang perang di Afghanistan? (haninmazaya/arrahmah.com)